Jumat, 24 Juni 2016

KTI bahaya merokok



TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMKN-1 PALANGKA RAYA TENTANG BAHAYA MEROKOK
KARYA TULIS ILMIAH


 



Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Analis kesehatan
Program Studi DIII Analis kesehatan


OLEH :

AMSAR JAMBIA
P00341015003



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2015

HALAMAN PERSETUJUAN

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMKN-1 PALANGKA RAYA TENTANG BAHAYA MEROKOK
KARYA TULIS ILMIAH
TAHUN 2015

                               Disusun dan Diajukan Oleh :

Amsar jambia
P00341015003

Telah Mendapat Persetujuan Tim Pembimbing
Menyetujui,

  Pembimbing I                                       Pembimbing II

Hj. Sitti Rachmi Misbah, SKp, M.kes                    Dali, SKM., M.Kes



Mengetahui :
Ketua Jurusan Analis kesehatan




Ruth Mongan,B.Sc.,S.Pd.,M.Pd


DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4
C. Batasan Masalah ..................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 4


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengetahuan ........................................................... 6
B. Pengertian Usia ....................................................................... 6
C. Pengertian Siswa ...................................................................... 8
D. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan .................................. 9
E. Pengertian Rokok ..................................................................... 9
F. Jenis Rokok .............................................................................. 9

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu ................................................................... 22
B. Metode Penelitian ................................................................... 22
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian ......................................................... 27
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 27
C. Pembahasan ............................................................................. 30


BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................. 35
B. Saran ....................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA 
LAMPIRAN
 
  
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

        Rokok dan perokok bukan suatu hal yang baru di dunia ini, tetapi telah ada sejak lama di Indonesia, rokok sudah menjadi barang yang tidak asing dan sangat mudah untuk didapatkan. Dalam kehidupan sehari-hari keberadaan rokok dapat dijumpai di hampir setiap toko-toko, warung dan supermarket. Begitu juga dengan para pengguna rokok, dapat membeli rokok dan menggunakannya secara bebas. Perilaku merokok sampai saat ini dianggap wajar dilakukan oleh kaum pria. Bahkan timbul sebutan “tidak wajar” atau “tidak keren” ketika pria dewasa tidak merokok. Penelitian kualitatif menekankan bahwa merokok diterima sebagai bagian perilaku normal bagi laki-laki, bahkan dianggap sebagai simbol kejantanan (Ng, 2007).
        Laporan terakhir dari World Health Organization (WHO) tahun 2011 mengenai konsumsi tembakau dunia, angka prevalensi merokok di Indonesia merupakan salah satu di antara yang tertinggi di dunia, dengan 46,8% laki-laki dan 3,1% perempuan usia 10 tahun keatas yang diklasifikasikan sebagai perokok.
       Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, persentase usia mulai merokok di Indonesia yaitu pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7%, pada usia 10-14 tahun sebesar 17,5%, pada usia 15-19 tahun sebesar 43,3%, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6%, pada usia 25-29 tahun sebesar 4,3% dan pada usia >30 tahun sebesar 3,9%. Data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia paling banyak mulai merokok pada usia remaja.            Sementara itu, data Riskesdas 2007 dan 2010 terlihat bahwa perilaku merokok dari tahun ke tahun memiliki kecenderungan untuk dimulai pada usia yang semakin muda (Tannos, 2011).
       Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2010 mengungkap populasi perokok di Kalimantan Tengah tertinggi dibanding provinsi lain di Indonesia, mencapai 43,2%. Sementara populasi perokok paling rendah ada di 2

       Sulawesi Tenggara 28,4%. Sekitar 52,3% perokok di Indonesia mengisap 1-10 batang per hari. Sisanya 41% mengisap 11-20 batang per hari, 4,7% mengisap 21-30 batang per hari dan hanya 2,1% yang sanggup menghabiskan lebih dari 31 batang per hari. Perokok yang mengkonsumsi lebih dari 31 batang per hari biasanya dikategorikan sebagai perokok berat. Dengan asumsi waktu istirahatnya 8 jam per hari maka 31 batang rokok dihabiskan oleh seorang perokok berat dalam sisa waktu 16 jam atau rata-rata 1 (satu) batang per 30 menit.
      Pandangan terhadap perilaku merokok bermunculan dari berbagai       perspektif. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok merupakan perilaku yang sudah dianggap wajar oleh para remaja. Menteri Kesehatan yang saat itu menjabat mengatakan bahwa melalui iklan-iklan produk rokok dibuat iklan dengan figur-figur yang terlihat “keren” yang kemudian membuat orang menganggap merokok sebagai hal yang “keren”. Mereka juga pakai kata-kata Mild dan Low Tar, seolah rokok-rokok itu dampaknya lebih ringan dari rokok yang lain, padahal kenyataannya tidak demikian. Berdasarkan penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok dapat menurunkan Intelligence Quotients (IQ). Bahaya bagi tubuh yaitu bisa mengakibatkan kanker, paru-paru, impotensi dan gangguan pada janin, sedangkan bahaya bagi lingkungan dapat menimbulkan polusi udara yang ditimbulkan dari asap rokok yang dihisap (Ocha, 2012).
      Hal ini menyatakan bahwa masalah merokok merupakan masalah yang serius, mengingat merokok mempunyai dampak yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada perokok itu sendiri maupun orang disekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif). Setiap tahunnya angka kematian terus meningkat, salah satunya dikarenakan jumlah perokok yang terus bertambah.
      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah merupakan sebuah lembaga tempat anak didik memperoleh pendidikan dan pelajaran yang diberikan guru. Sekolah mempersiapkan anak didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, budi 3

        pekerti, meningkatkan ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selanjutnya mampu membekali diri menuju ke arah pendidikan yang lebih tinggi sebagai bekal hidup di masyarakat.
      Seko
lah SMKN-1 Palangka Raya merupakan sekolah menengah kejurusan yang jumlah siswanya kebanyakannya adalah siswa laki-laki yang bersekolah di SMKN-1 Palangka Raya. Berdasarkan pada saat peneliti melakukan observasi, banyak ditemukan siswa laki-laki SMKN-1 Palangka Raya yang masih berada di luar lingkungan sekolah dengan menggunakan pakaian seragam sekolah sambil merokok di jalan. SMKN-1 Palangka Raya memiliki peraturan di mana siswa tidak boleh merokok di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, hal ini terlihat dari peraturan sekolah yang tegas. Apabila merokok di lingkungan sekolah maka akan langsung diberi peringatan karena termasuk pelanggaran yang berat. Sekolah SMKN-1 Palangka Raya untuk memberikan pengetahuan kepada siswanya dengan mengadakan kegiatan di mana ada penyuluhan yang dilakukan oleh dinas kesehatan datang ke sekolah memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok untuk menambah wawasan pengetahuan siswa di SMKN-1 Palangka Raya.
      Fenomena siswa yang merokok di luar lingkungan sekolah inilah yang membuat peneliti merasa ingin mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMKN-1 Palangka Raya tentang bahaya merokok di mana siswa laki-laki di SMKN-1 Palangka Raya terdapat banyaknya laki-laki yang masih terdapat merokok. Siswa SMKN-1 Palangka Raya juga sudah mendapatkan penyuluhan dari dinas kesehatan tetapi masih terdapat ada beberapa siswa laki-laki yang merokok di jalan, terlihat di samping itu rokok juga berdampak buruk bagi siswa karena dapat mempengaruhi perkembangan dari daya serap otak siswa bahaya rokok pun sudah tertera pada bungkus depan rokok bisa membunuh. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Siswa SMKN-1 Palangka Raya Tentang Bahaya Merokok”. 4







B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang timbul dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. Angka perokok di Indonesia merupakan salah satu di antara yang tertinggi di dunia yaitu 46,8% laki-laki menurut World Health Organization (WHO).
2. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia paling banyak mulai merokok pada usia remaja yaitu 15-19 tahun sebesar 43,3%.
3. Banyak ditemukan siswa SMKN-1 Palangka Raya yang masih berada diluar lingkungan sekolah dengan menggunakan pakaian seragam sekolah sambil merokok di jalan.

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah pada tingkat siswa laki-laki Kelas X dan XI SMKN-1 Palangka Raya.

D. Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan yaitu bagaimana tingkat pengetahuan seluruh siswa laki-laki kelas X dan XI SMKN-1 Palangka Raya tentang bahaya merokok?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar tingkat pengetahuan siswa SMKN-1 Palangka Raya terhadap bahaya merokok.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang penulis harapkan dan penelitian ini adalah:
1. Bagi Institusi Sekolah

Diharapkan kepala sekolah agar dapat bekerja sama dengan orang tua serta masyarakat dalam mengawasi para siswa untuk mematuhi peraturan sekolah terutama dalam hal merokok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengetahuan

       Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetahuan berasal dari kata tahu yaitu mengerti sesudah melihat, memahami, kenal, mengenal, mengerti, pernah, pandai dan cakap. Jadi pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui kepandaian.
Notoatmodjo (2010), menyatakan pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Suriasumantri (2005), menjelaskan pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dan pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya.

B. Pengertian Usia

Menurut Zaka, (2012) tahap-tahap perkembangan manusia dari masa balita, remaja, dewasa, dan manula sebagai berikutr:
1. Masa Balita (0-4 tahun)

      Masa balita (bawah lima tahun) merupakan awal masa pertumbuhan di luar rahim. Terjadi pertumbuhan yang sangat cepat. Di dalam rahim, pertukaran gas terjadi melalui plasenta. Di luar rahim, paru-paru mulai berfungsi. Pertukaran gas melalui paru-paru. Di dalam rahim, suhu tubuh konstan (tetap). Di luar rahim, bayi mendapat pengaruh dari suhu lingkungan yang berubah-ubah. Kekebalan tubuh belum berkembang. Karena itu, balita mudah terkena serangan penyakit. Imunisasi dapat membentuk kekebalan tubuh balita. 7

2. Masa Kanak-kanak (5-11 tahun)

       Masa kanak-kanak adalah lanjutan dari masa balita. Pada masa ini telah diproduksi hormon seks namun masih rendah. Anak-anak mengalami pertumbuhan fisik dan mental yang cepat, oleh karena itu memerlukan gizi yang cukup dan lingkungan yang baik.

3. Masa Remaja (12-17 tahun)

      Terdapat perbedaan menyolok antara remaja pria dan remaja wanita. Hal ini disebabkan oleh perbedaan hormon. Hormon adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh kelenjar buntu. Hormon beredar di dalam darah guna mempengaruhi fisiologi dan perkembangan tubuh. Teradapat berbagai hormon di dalam tubuh, misalnya hormon pertumbuhan dan hormon seks. Pada masa kanak-kanak, produksi hormon seks rendah. Ketika mencapai remaja di dasar otak dilepaskan hormon yang mempengaruhi pembentukan hormon berikutnya.
Usia masa remaja adalah masa diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Pembagian masa remaja menjadi tiga, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun dan masa remaja akhir 18-21 tahun (Papalia, 2001).
Berbeda dengan pendapat Hurlock dan Ods, (1999) yang membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal 13-16 tahun, sedangkan masa remaja akhir 17-18 tahun. Penulis menetapkan dalam penelitian ini subjek yang dipakai adalah remaja awal yang masih berusia 13 sampai 16 tahun. Menurut Papalia dan Olds tahun 2001, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

4. Masa Dewasa (19-40 tahun)

     Masa dewasa dimulai pada usia 18 tahun. Masa dewasa secara biologis ditandai dengan kesiapan bereproduksi dan secara psikologis memiliki kesiapan dan kematangan mental. Pertumbuhan fisik secara 8

memanjang (bertambah tinggi) masih berlangsung hingga 22 tahun. Biasanya tinggi dan berat badan konstan dan mulai bertambah berat setelah mencapai usia 32 tahun. Kematangan mental pria dicapai setelah usia 25 tahun, sedangkan pada wanita kemantangan mental lebih cepat.

5. Masa Manula (>40 tahun)

      Manula (manusia usia lanjut) dimulai pada usia 40 tahun. Pertumbuhan sel-sel tidak secepat pengausan sel-sel sehingga terjadi kemunduran fungsi organ-organ tubuh. Organ tubuh yang sering mengalami kemunduran adalah mata, telinga, dan pertumbuhan otot. Pada wanita, biasanya estrogen menurun sejak usia 40 tahun. Akibatnya ovulasi menurun dan siklus menstruasi terganggu. Kemampuan bereproduksi menurun dan jika terjadi kehamilan, biasanya beresiko tinggi. Kemampuan seksual mungkin tetap.
Menurunnya produksi estrogen dapat berpengaruh pada bagian tubuh lain. Kekenyalan wajah menurun, terjadi pengeroposan tulang (osteoporosis). Kekurangan estrogen dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan dari kedelai, misalnya tahu dan tempe. Pada pria, kemampuan menghasilkan sperma terus berlanjut tanpa batas. Walaupun demikian kualitas sperma yang dihasilkan menurun. Bayi yang dihasilkan dari pria manula sering menghasilkan kelainan fisik dan mental.

C. Pengertian Siswa

      Kamus Besar Bahasa Indonesia, siswa adalah murid. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dan berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis dan pendekatan edukatif/paedagogis (Pusat Bahasa, 2008). 9

D. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan

       Menurut Departemen Kesehatan RI, (2010) Tentang Sekolah Menengah Kejuruan. Pengertian mengenai sekolah menengah kejuruan terdapat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan, pendidikan sekolah menengah kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs atau lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

E. Pengertian Rokok

      Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya (Aula, 2010).
Kamus Besar Bahasa Indonesia, rokok adalah gulungan tembakau yang dibakar dan diisap asapnya. Rokok sudah ada sejak jaman dulu. Manusia di dunia yang pertama kalinya merokok adalah suku Indian di Amerika, yang digunakan sebagai keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh (Pusat Bahasa, 2008).

F. Jenis Rokok

      Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok (Aula, 2010).
a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus

1) Klobot

:
Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung

2) Kawung

:
Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren

3) Sigaret

:
Rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas

4) Cerutu

:
Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMKN-1 Palangka Raya Jalan Tambun Bungai, pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai 10 Juni 2014.
B. Metode Penelitian

Metode atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif. Metode penelitian Deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan seluruh siswa laki-laki kelas X dan XI di SMKN-1 Palangka Raya tentang bahaya merokok.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas X dan XI di SMKN-1 Palangka Raya yang berjumlah 635 siswa.
2. Sampel

Sampel merupakan objek yang diteliti dianggap mewakili seluruh populasi disebut sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non random sampling dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan hal-hal yang berhubungan dengan penyajian analisa data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data. Angket disebarkan kepada 242 siswa laki-laki kelas X dan XI untuk semua jurusan di SMKN-1 Palangka Raya yang sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini.
Dari 10 item pernyataan pada angket tentang Tingkat Pengetahuan Siswa SMKN-1 Palangka Raya Tentang Bahaya Merokok, selanjutnya dibuat tabel persentase (%) dari setiap item yang kemudian akan dianalisa untuk penarikan suatu simpulan.

B. Hasil Penelitian

Tabel 5. Karakteristik Responden Menurut Umur Umur
Jumlah
Persentase (%)
15-16 Tahun
158
65,28%
17-18 Tahun
84
34,71%
Jumlah (N)
242
100%

    Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden pada umur 15-16 tahun yaitu sebanyak 158 responden dengan persentase 65,28% dan responden pada umur 17-18 tahun yaitu sebanyak 84 responden dengan persentase 34,71%.
    Hasil pengumpulan data angket terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa SMKN-1 Palangka Raya Tentang Bahaya Merokok yang berisi 10 item pernyataan dapat dipaparkan dengan tabel sebagai berikut: 28

Tabel 6. Rekapitulasi Tingkat Pengetahuan Siswa SMKN-1 Palangka Raya Tentang Bahaya Merokok No.
Pernyataan
Hasil
Mengetahui
Tidak Mengetahui
1
Rokok bukan suatu zat adiktif yang dapat menimbulkan rasa ketagihan.
55,78%
44,21%
2
Rokok tidak terdiri dari 3 komponen utama yaitu Tar (bahan kimia beracun yang dapat menyebabkan kanker), Nikotin (bahan kimia yang membuat ketagihan dan ketergantungan) dan Karbon Monoksida (gas yang dapat mengurangi kemampuan darah membawa oksigen).
35,95%
64,04%
3
Faktor-faktor yang tidak mempengaruhi perilaku merokok terhadap remaja antara lain faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor umur dan jenis kelamin (Demografi).
58,67%
41,32%
4
Perokok pasif adalah seseorang yang merokok menyatakan tentang perokok pasif.
57,02%
42,97%
5
Penyakit yang timbul dari akibat merokok salah satunya kanker paru-paru.
5,37%
94,62%







30
Dari data diatas diketahui bahwa rata-rata tingkat pengetahuan siswa SMKN-1 Palangka Raya tentang bahaya merokok didapatkan hasil rata-rata persentase 60,49% termasuk dalam kategori yaitu cukup.


C. Pembahasan

Indonesia merupakan salah satu di antara yang tertinggi di dunia dalam konsumsi tembakau. Angka prevalensi merokok di Indonesia mencapai 49,9%. Hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukan bahwa persentase usia remaja mulai merokok di Indonesia yang terbesar adalah pada usia 15-19 tahun yaitu sebesar 43,3%.
Kategori umur yang diteliti pada penelitian ini yaitu siswa SMKN-1 Palangka Raya pada usia 15-16 tahun pada kelas X sedangkan untuk usia 17-18 terdapat di kelas XI.
     Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar tingkat pengetahuan siswa SMKN-1 Palangka Raya terhadap bahaya merokok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Deskriptif yaitu melihat gambaran tentang tingkat pengetahuan siswa SMKN-1 Palangka Raya kelas X dan XI tentang bahaya merokok, pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 242 yang ditentukan berdasarkan tabel Kerjcie dan Morgan dari 635 populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa angket yang terdiri 10 item pernyataan, pernyataan ini memuat 4 indikator yang berbeda yang kemudian akan digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMKN-1 Palangka Raya terhadap bahaya merokok. Indikator yang digunakan yaitu bahan kimia yang terkandung dalam rokok, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, dampak merokok terhadap kesehatan dan dampak perilaku merokok.
      Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa angket yang telah melalui tahap uji validitas isi, uji validitas dan uji reliabilitas dengan dengan Software SPSS Versi 16.00 For Windows. Hasil pengujian validitas untuk 10 item pernyataan dinyatakan valid karena masing-masing variabel yang diuji memiliki koefisien korelasi (r hitung) lebih besar dari r 31

tabel (0,361) sehingga 10 item pernyataan tersebut dapat digunakan dalam penyebaran angket penelitian. Sedangkan Uji reliabilitas diketahu nilai Alpha Cronbach untuk tingkat pengetahuan siswa SMKN-1 Palangka Raya tentang bahaya merokok yaitu sebesar 0,500 dari total seluruh pernyataan yang artinya angket cukup reliabel.
     Angket dalam penelitian bersifat favorable dan unfavorable. Favorable merupakan pernyataan yang bersifat positif dengan penilaian yaitu apabila dijawab benar mendapatkan skor 1 dan salah mendapatkan skor 0, sedangkan unfavorable merupakan pernyataan yang bersifat negatif dengan penilaian apabila dijawab benar mendapatkan skor 0 dan salah mendapatkan skor 1.
     Indikator pertama teridiri dari 2 pernyataan mengenai bahan kimia yang terkandung dalam rokok. Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan item 1 yang bersifat unfavorable, 107 responden menjawab benar dengan persentase sebesar 44,21% dan 135 responden menjawab salah dengan persentase sebesar 55,78%. Data tersebut menunjukkan 55,78% responden mengetahui bahwa rokok merupakan suatu zat adiktif yang dapat menimbulkan rasa ketagihan. Hal ini disebabkan karena sebelumnya responden telah menerima penyuluhan dari dinas kesehatan.
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan item 2 yang bersifat unfavorable, 155 responden menjawab benar dengan persentase sebesar 64,04% dan 87 responden menjawab salah dengan persentase sebesar 35,95%. Data tersebut menunjukkan hanya 35,95% responden yang mengetahui bahwa rokok terdiri dari 3 komponen utama yaitu Tar (bahan kimia beracun yang dapat menyebabkan kanker), Nikotin (bahan kimia yang membuat ketagihan dan ketergantungan) dan Karbon Monoksida (gas yang dapat mengurangi kemampuan darah membawa oksigen). Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden belum mengetahui tentang bahan kimia yang terkandung dalam rokok.
Indikator kedua hanya terdiri dari 1 pernyataan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Berdasarkan data yang diperoleh 32

      untuk pernyataan item 3 yang bersifat unfavorable, 100 responden menjawab benar dengan persentase sebesar 41,32% dan 142 responden menjawab salah dengan persentase sebesar 58,67%. Data tersebut menunjukkan 58,67% responden mengetahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok terhadap remaja antara lain faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor umur dan jenis kelamin (Demografi).
Indikator ketiga terdiri dari 6 pernyataan mengenai dampak rokok terhadap kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan item nomor 4 yang bersifat unfavorable, 104 responden menjawab benar dengan persentase sebesar 42,97% dan 138 responden menjawab salah dengan persentase sebesar 57,02%. Dari data tersebut diketahui 57,02% responden mengetahui bahwa perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok tetapi ikut menghirup asap rokok dari seseorang merokok yang ada didekatnya.
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan item nomor 5 yang bersifat favorable, 13 responden menjawab benar dengan persentase sebesar 5,37% dan 229 responden menjawab salah dengan persentase sebesar 94,62%. Data tersebut menunjukkan hanya 5,37% responden mengetahui bahwa penyakit yang timbul dari akibat merokok salah satunya kanker paru-paru.
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan item nomor 6 yang bersifat unfavorable, 84 responden menjawab benar dengan persentase sebesar 34,71% dan 158 responden menjawab salah dengan persentase sebesar 65,28%. Data tersebut menunjukkan diketahui 65,28% responden mengetahui bahwa perokok pasif memiliki kemungkinan sama dengan perokok aktif untuk terkena kanker paru-paru.
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan item nomor 7 yang bersifat unfavorable, 26 responden menjawab benar dengan persentase sebesar 10,74% dan 216 responden menjawab salah dengan persentase sebesar 89,25%. Data tersebut menunjukkan diketahui 89,25% responden mengetahui bahwa asap rokok dapat mempengaruhi gigi dan bau mulut.
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan item nomor 8 yang bersifat unfavorable, 34 responden menjawab benar dengan persentase sebesar 33

     14,04% dan 208 responden menjawab salah dengan persentase sebesar 85,95%. Data tersebut menunjukkan diketahui 85,95% responden mengetahui bahwa perilaku merokok menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan diri perokok sendiri maupun bagi orang disekeliling perokok. Paparan dari bahan-bahan yang terkandung dalam rokok bisa menimbulkan penyakit baik bagi perokok maupun orang yang berada disekelilingnya yang ikut menghirup asap rokok tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan item nomor 9 yang bersifat unfavorable, 69 responden menjawab benar dengan persentase sebesar 28,51% dan 173 responden menjawab salah dengan persentase sebesar 71,48%. Data tersebut menunjukkan diketahui 71,48% responden mengetahui bahwa asap rokok dapat menimbulkan perokok jadi cepat tua. Seorang ahli penyakit kulit dan kelamin mengungkapkan bahwa asap rokok tenyata bisa membuat perokok jadi cepat tua, karena asap rokok secara langsung bisa merusak sel.
Indikator keempat hanya terdiri dari 1 pernyataan mengenai dampak perilaku merokok terhadap usia hidup penggunanya. Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan item nomor 10 yang bersifat unfavorable, 48 responden menjawab benar dengan persentase sebesar 19,83% dan 194 responden menjawab salah dengan persentase sebesar 80,16%. Data tersebut menunjukkan diketahui 80,16% responden mengetahui bahwa merokok dapat mengurangi usia hidup penggunanya. Penelitian membuktikan dampak rokok terhadap kesehatan sering disebut sebagai “Silent Killer” karena timbul secara perlahan dan dalam waktu yang relatif lama, tidak langsung dan tidak nampak secara nyata bahwa kebiasaan merokok dapat menjadi salah satu faktor resiko penyebab kematian.
    Dari empat indikator yang digunakan maka dapat diperoleh gambaran mengenai tingkat pengetahuan SMKN-1 Palangka Raya tentang bahaya merokok yaitu sebesar 60,94% dengan kata lain bahwa tingkat pengetahuan
     SMKN-1 Palangka Raya tentang bahaya merokok termasuk dalam kategori cukup.



BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh simpulan yaitu tingkat pengetahuan siswa SMKN-1 Palangka Raya tentang bahaya merokok termasuk dalam kategori cukup dengan hasil rata-rata persentase sebesar 60,94%.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu:
1. Bagi Pihak Sekolah

Agar dapat memberikan contoh yang baik kepada para siswa serta meningkat penyuluhan dan pengetahuan kepada para siswa tentang bahaya merokok.
2. Bagi Para Siswa

Agar dapat meningkatkan pengetahuannya dengan cara banyak bertanya terutama pada petugas kesehatan tentang bahaya merokok dan dapat sebagai bahan introspeksi diri tentang bahaya merokok pada kesehatan.
3. Bagi Petugas Kesehatan

Agar meningkatkan penyuluhan dan pengetahuan kepada para siswa tentang bahaya merokok.
.




DAFTAR PUSTAKA

    Aula, E.L. 2010. Stop Merokok. Garailmu. Jogjakarata.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010.http://www.diskes.jabarprov.go.id/download.php?title=RISKESDAS%202010&sourc e=data/download/201121152334.pdf. Diakses pada tanggal 19 April 2014 (18.10).
    Bachri. 1991. Buletin RSKO. Dalam Mu’tadin, Z. 2002. “Remaja Dan Rokok”. http://herbalstoprokok.wordpress.com/2009/02/04/remaja-dan-rokok. Diambil pada tanggal 28 Mei 2014 (09.10).
     Baequni dan Nasir, NM. 2004. Islam dan Kesehatan. UIN Press. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan. Jakarta.









DAFTAR LAMPIRAN
1.     SuratKesediaanMenjadiResponden
2.     Surat Keterangan Persetujuan Responden
3.     Kuisionerpenelitian