KOMUNIKASI
“komunikasi terapeutik”
AMSAR JAMBIA
POO341015003
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karuniaNya Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah
komunikasi ini.
Tak lupa
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini yang tidak dapat Kami ucapkan satu persatu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Di dalam
makalah ini kami menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat Kami harapkan agar menjadikan makalah ini lebih
baik lagi.
DAFTAR ISI
Kata
pengantar…………………………………………………………………………
Daftar
isi………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUA
A.LATAR
BELAKANG…………………………………………………………
B.RUMUSAN
MASALAH ……………………………………………………..
C.TUJUAN
MASALAH ………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
A.DEVINISI
KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………………………..
B.JENIS-JENIS
KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………………….
C.TEKNIK
KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………………………….
D.TUJUAN
KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………………………
E.PRINSIP
DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………………..
F.TAHAP
KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………………………...
G.CARA
PENCAPAIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………..
H.
PENYIMPANGAN KOMUNIKASI………………………………………….
BAB III PENUTUP
A.KESIMPILAN…………………………………………………………………
B.SARAN………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..
Kendari, 11
mei 2016
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan tugas yang diberikan pada mata
perkuliahan Komunikasi yang membahas tentang bagaimana cara seorang perawat
melakukan komunikasi yang baik dan benar dengan klien atau pasiennya.
Komunikasi yang baik digunakan antara seorang perawat dengan pasiennya dalam
dunia keperawatan dikenal dengan komunikasi terapeutik.
Didalam proses penyusunan makalah ini kami
menggunakan beberapa literatur seperti buku-buku dan internet. Makalah ini
berisikan pengertian komunikasi terapeutik, jenis-jenis komunikasi,
prinsip-prinsip komunikasi, tujuna komunikasi atau manfaat komunikasi,
unsur-unsur komunikasi, teknik komunikasi, fase komunikasi, dan hambatan
komunikasi terapeutik itu sendiri Komunikasi antara si pasien dengan juru rawat
yang baik akan memberikan kepuasan tersendiri pada diri pasien. Pasien akan
merasa senang, bahagia, dan puas dengan hasil perawatan yang diberikan. Dengan
perasaan senang, puas dan nyamannya si pasien, hal ini akan membantu proses
penyembuhan dari diri pasien itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi komunikasi terapeutik ?
2. Apa jenis-jenis komunikasi terapeutik ?
3.
Bagaimana teknik komunikasi terapeutik ?
4. Apa
tujuan dan manfaat komunikasi terapeutik ?
5. Bagaimana prinsip komunikasi terapeutik ?
6. Bagaimana tahap komunikasi terapeutik ?
7. Bagaiman cara mencapai kondisi komunikasi
terapeutik ?
8. Apa penyimpangan komunikasi terapeutik ?
C. Tujuan
1. Memahami definisi komunikasi terapeutik
2. mengetahui jenis-jenis komunikasi
terapeutik
3. memahamiteknik komunikasi terapeutik
4. mengetahui tujuan dan manfaat komunikasi
terapeutik
5. memahamiprinsip dasar komunikasi terapeutik
6. memahamitahap komunikasi terapeutik
7. mengetahuicara mencapai kondisi komunikasi
terapeutik
8. mengetahuipenyimpangan komunikasi
terapeutik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Devinisi
komunikasi
·
Suasana yang menggambarkan komunikasi yang
terapeutik adalah apabila dalam berkomunikasi dengan klien, perawat mendapatkan
gambaran yang jelas tentangkondisi klien yang sedang di rawat, mengenai tanda
dan gejala yang ditampilkan serta keluhan yang di rasakan.Menurut As homby ( 1974) yang dikutip oleh abdul nasir dalam buku
komunikasi dalam keperawatan (2001)
·
Komunikasi mencakup ekspresi wajah ,
sikap dan gerak- gerik suara , kata-kata tertulis dan lain-lain menurut Drs. Onong uchjana effendi, MA di
kutip oleh ernawati dalami dalam buku komunikasi keperawatan
hal
ini mengambarkan bahwa dalam menjalani proses komunikasi terapeutik, seorang
perawat melalukan kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan masalah
keperawatan, menentukan rencana tindakan, melalukan tindakan keperawatan sesuai
dengan yang telah di rencanakan sampai pada evaluasi yang semuanya itu bisa di
capai dengan maksimal apabila terjadi proses komunikasi yang efektif dan
intensif.
B.
Jenis
komunikasi
Ada
2 jenis komunikasi yaitu :
1. Komunikasi
verbal
Memlalui bahasa ,
seseorang aka mengomunikasikan dan menginterpretasikan kat secara verbal
sehingga bahasa dapat di devinisikan sebagi sebuah seperangkat kata yang telah
di susun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung
arti . selain itu, melalui bahasa seseorang juga dapat mengungkapkan sebuah
perasaan, ide, kesan, dan respons emosional denga tujuan agar tercipta hubungan
yang baik dan tercipta ikatan-ikatan dalam kehidupan manusin, serta mempelajari
sekeliling kita dalam memahami lingkungan melalui proses intraksi.
Sampai pada tahap di interprestasikan dalam sebuah kata, komunakis
verbal membutuhkan ketarampilan komunitif dalam mengelola sebuah stimulus agar
stimulus tersebut mampu di presepsikan dan di tampilakan dalam bentuka dalam
sebuah perasaan, ide, keinginan untuk menguraikan sebuah stimulus, ataupun
sampai pada tahap mengingat kembali yang di interprestasikan dalam arti yang
sesungguhnya. Kata- kata adalah alat atau symbol yang di pakai untuk
mengekspresikan ide atau perasaan , membangkitkan respons emosional,
menguraikan objek, observasi dan ingantan. Kata-kata juga sering di gunakan
untuk menyampaikan arti yang tersembunyi dan menguji minat seseorang.Keuntungan
komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk
berespons secara langsung, untuk itu perlu adanya pengenalan bahasa. Komunikasi
verbal yang efektif harus seusi dengan hal – hal berikut :
·
Jelas dan ringkas : komunikasi yan efektif harus sederhana
pendek dan langsung makin sedikit kata-kata yang di gunakan makin kecil
kemungkinan terjadinya kerancuan.
·
Perbendaharaan kata : komuniaki tidak akan berhasi jika pengirim
pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan.
·
Arti denotatif dan konotatif : adalah makna asli, makna asal atau makna
sebenarya yang dimiliki oleh sebuah leeksem.
·
Selaan dan kesempatan berbicara : selaan
perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu serta memberi waktu kepada
pendengar unrtuk mendengarkan dan memahami arti kata.
·
Waktu dan relevansi : perawat harus peka
terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi
·
Humor :menurut dugan ( 1989 )
mengatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang di
sebabkan oleh stress, serta meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberiakan
dukungan emosional terhadap klien.
2. Komunikasi
nonverbal
Komunikasi nonverbal
merupakn penyampaian kode nonverbal yaitu sesuatu peroses pemindahan atau
penyampaian pesan tanpa mengguanakan kata- kata. Menurut cangara , H , (2006 ) mendevebisikan bahwa penyampaian kode
nonverbal biasa di sebut juga bahasa isyarat atau bahasa diam ( silent language
). Apabila terjadi pertentangan antara apa yang di ucapkan dan apa yang di
perbuat, seseorang akan cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat kode
nonverbal dari pada kodeverbal.
Komunikasi nonverbal
dapat di amati pada hal- hal berikut :
1. Metakomuniaksi
: suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang
berbicara .
2. Penampilan
personal :menurut lalliascosi,(1990)
dalam poter dan perry (1993 ) kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4
menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seseorang
berdasarkan penampilannya.
3. Paranguage
: intonasi atau nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti
pesan yang dikirimkan karna emosi seseorang dapat secara langsung memepengaruhi
nada suaranya.
4. Gerakan
mata
5. Kinesics
: merupaka gerakan tubuh yang menggambarkan sikap emosi, konsep diri, dan
keadaan diri.
6. Sentuhan
C. Teknik
komunikasi terapeutik
Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien,
perawat dapat menggunakan berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut
(Stuart dan Sundeen, 1987, hl. 124)
1.
Mendengarkan : Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar
perawat mengetahui perasaan klien. Beri Kesempatan lebih banyak pada kien untuk
bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
2.
Pertanyaan Terbuka (broad opening) : Memberi kesempatan untuk
memilih. Serta mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan.
3.
Mengulang (restarting) : Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan atau
diekspresikan klien dengan menggunakan
kata-kata sendiri. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi
perawat mengikuti pembicaraan klien.
4.
Refleksi : Mengulang kembali apa yang dibicarakan pasien.
a. Refleksi Isi : Memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide
yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
b.Refleksi Perasaan : Memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Gunanya Untuk :
Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
Mengoreksi
Memberi keterangan lebih jelas
Ruginya Untuk :
Ø Mengulang terlalu sering
dan sama
Ø Dapat menimbulkan marah ,
iritasi, dan frustasi.
5.
Klarifikasi/Validasi ; Berupaya menyampaikan ide atau pikiran klien yang
tidak jelas dan meminta klien menjelaskan kembali. Hal ini biasa dilakukan bila
perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar, atau klien malu mengemukakan
informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya
berpindah-pindah.
6.
Memfokuskan (focusing) ; Komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area
diskusi sehingga menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Membantu klien bicara
pada topik yang telah dipilih dan yang penting. Dan menjaga pembicaraan tetap
menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas dan berfokus pada realitas.
7.
Membagi Persepsi/Sharing Persepsi ; Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat
rasakan dan pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan
memberi informasi.
8.Identifikasi Tema : Menyatakan isu atau masalah yang terjadi berulang
kali.Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang
penting.
9.Diam : Tidak ada komunikasi verbal, memberikan
kesempatan klien untuk mengutarakan pikirannya.
10. Informasi : Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan
kesehatan.
11.
Saran : Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat
dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
12.
Humor : Pengeluaran energi melalui lelucon.
D.
Tujuan komunikasi terapeutik
Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan
membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan, untuk
dasar tindakan guna mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal-hal
yang di perlukan.Di samping itu juga untuk mengurangi keraguan serta membantu
dilakukannya tindakan yang efektif, mempererat interaksi kedua pihak, yakni
antara pasien dan perawat secara professional dan proporsional dalam rangka
membantu penyelesaian masalah pasien.
Komunikasi terapeutik juga terjadi dengan
tujuan untuk menolong pasien yang dilakukan oleh kelompok professional melalui
pendekatan pribadi berdasarkan perasan dan emosi, berdasarkan rasa saling
percaya di antara kedua pihak yang terlibat dalam komunikasi.
E.
Prinsip dasar komunikasi
terapeutik
o
Komunikasi Berorientasi pada
Proses Percepatan Kesembuhan
Saat
perawat berkomunikasi dengan klien, maka semua percakapan berorientasi
bagaimana percakapan ini bisa mendukung perawat untuk mendapatkan masukan yang
berharga dalam menentukan sikap dan tindakan. Klien yang merasa di ajak
mendiskusikan masalah kesehatan yang dihadapinya, akan merasa terayomi dan
merasa mendapat perhatian yang penuh dari perawat sehingga bisa menurunkan
kecemasannya akibat penyakit yang diderita.
o
Komunikasi Terstruktur dan
Direncanakan
Perawat
yang akan melakukan komunikasi dengan klien sudah merencanakan cara-cara yang
akan dilakukan atau hal-hal yang akan dikomunikasikan kepada klien. Perawat
harus mempersiapkan materi yang akan disampaikan. Untuk itu dibutuhkan strategi
pelaksanaan komunikasi yang baik.Strategi pelaksanaan komunikasi ini merupakan
pendamping saat berkomunikasi dengan klien. Dengan strategi ini menuntun dan
memberi petunjuk, serta mengerahkan perkataan apa saja yang akan disampaikan
kepada klien. Apa yang akan disampaikan sebelumnya sudah terekam pada ruang
penyimpanan di otak. Hal ini untuk menghindari bias saat berkomunikasi.
o
Komunikasi Terjadi dalam Konteks
Topik, Ruang dan Waktu
Saat
berkomunikasi perawat harus memiliki topik yang dibutuhkan klien sesuai dengan
keluhan yang dirasakan atau masalah klien.Perlu diperhatikan bahwa klien itu
unik karena perbedaannya.Oleh karena itu, perawat harus mampu beradaptasi
dengan keunikannya. Menghadapi klien satu dengan lainnya tentunya tidak sama,
baik topik maupun cara berhubungan atau berkomunikasi sehingga perawat harus
memperhatikan dari sisi dimensi isi dan hubungan.
o
Kominukasi Memperhatikan Kerangka
Pengalaman Klien
Tingkat
retensi atas pengetahuan yang diterima peserta komunikasi diberikan gambaran
seberapa jauh pesan yang disampaikan diterima dan dipahami oleh peserta
komunikasi.Harapan pengalama kedua belah pihak memiliki kemiripan yaitu agar
tujuan penyampaian peserta tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu, seorang
akan menyampaikan pesan perlu melihat hal-hal berikut ini.
·
Latar
belakang budaya
·
Bahasa
·
Agama
·
Tingkat
pendidikan
·
Kemampuan
koknitif
·
Termaksud
di dalamnya kondisi psikologis dari lawan bicara
Dalam
proses komunikasi, perawat harus melihat kondisi emosional dari klien/perawat
sehingga dalam berkomunikasi perawat mampu menempatkan diri dalam berinteraksi.
Menempatkan diri pada emosi klien tersebut dalam komunikasi disebut
empati.Perawat harus tanggap dan merespon dengan pertanyaan terbuka.
o
Komunikasi Memerlukan
Keterlibatan Maksimal dari Klien dan Keluarga
Dalam
diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi dengan latar
belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan.Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar dimana dia bersosialisasi
memengaruhi bagaimana dia melakukan komunikasi.Dalam proses komunikasi antara
perawat dan klien/keluarga akan terjadi proses transformasi, ada diskusi yang
saling mengisi dan menerima, untuk itu perawat harus memperhatikan latar
belakang yang dimiliki klien/keluarga tersebutagar pesan yang disampaikan mampu
memberikan efek terapeutik bagi klien/keluarga.
Dalam
proses diskusi tersebut harus ada keputusan yang di sepakati, baik menolak
maupun menerima, yang dituangkan dengan pembuatan informed konsen. Perawat
harus mengarahkan pesan tersebut pada kondisi pesan yang bersifat coercion
yaitu pesan yang bersifat instruksi yang mengikat, namun tetap harus
memperhatikan kapasitas dan kemampuan dari klien/keluarga. Harapan dari
instruksi yang mengikat tersebut agar klien mengikuti pesan tersebut, dalam
upaya mempercepat proses pertumbuhan. Untuk itu perawat harus menampilkan
kesungguhan dari perawat dimana pesan verbal sesuai dengan pesan non verbal
atau pesan yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien.
o
Keluhan Utama Sebagia Pijakan
Pertama dalam Komunikasi
Konsep
triple N (Nanda NIC dan NOC) merupaka aplikasi bagaimana pentingnya keluhan
utama dalam menentukan diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan kriteria
evaluasi yang dilakukan bersama-sama untuk memperoleh gambaran yang signifikan
dalam pelaksanaan proses perawatan. Keselarasan antara diagnosis keperawatan,
interfensi dan ninplementasi akansangat terlihat apabila perawat menggunakan
keluhan utama sebagai pijakan untuk melaksanakan asuhan keperawatan.
F.
Tahap –tahap komunikasi terapeutik
1.
Tahap Pra-Interaksi :tahap pra interaksi dimana perawat menggali
lebih dahulu kemampuan yang di miliki sebelum kontak atau berhubungan dengan
klien. Terdapat 2 unsur yang perlu di persiapkan dan di pelajari pada tahap pra
interaksi yaitu
a.
Unsure
diri sendiri. Hal – hal yang di pelajari dari diri sendiri adalah sebagai
berikut adalah :
o
Pengetahuan
yang di miliki yang terkait dengan penyakit dan masalah klien. : Pengetahuan
yang di miliki perawat akan kondisi klien di pakai sebagai bekal dalam berinteraksi
sehingga ketika perawat belum menguasai penyakit dan keluhan klien , maka
perawat perlu belajar dahulu atau diskusi dengan teman sejawat, atasan, maupun
dengan yang lainnya sehingga ketika perawat hadir secara fisik di hadapan
klien, perawat sudah siap berinteraksi.
o
Kecemasan
dan kekalutan diri.:Kecemasan yang dialami oleh perawat mengakibatkan perawat
tidak mampu mendengarkan keluhan yang di utarakan klien dengan baik. Perawat
harus mampu membedakan masalah pribadi dan menjalankan profesi. Selain itu ,
perawat perlu mendefinisikan harapan yang di tentukan sesuai dengan keadaan klien
o
Analisis
kekuatan diri : Perawat perlu menganalisis kelemahannya dan menggunakan
kekuatannya untuk berinteraksi dengan klien, analisis kekuatan diri dalam
konteks komunikasi dengan orang lain terutama pada aspekkekuatan mental karena
diri mudah perpengaruh ataupun mudah emosional akan mempengaruhi proses
komunikasi
o
Waktu
pertemuan baik saat pertemuan maupun lama pertemuan :Sebelum bertemu dengan
klien, perawat perlu menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan
pertemuan atau komunikasi dengan klien perwat harus mampu menentukan waktu yang
tepat saat pertemuan, perawat harus tahu kebiasaan dan jadwal istrahat klien.
Lama pertemuan juga peru di pertimbangkan agar klien tidak jeuh dalam diskusi.
b. Unsure diri klien : Hal-hal yang perlu di
pelajari dari unsure diri klien adalah sebagai berikut adalah :
o
Perilaku
klien dalam menghadapi penyakitnya :Perilaku yang destruktif pada klien saat
menghadapi penyakitnya akan menyulitkan perawat dalam berkomunikasi sikap yang
cenderung defensive dan menarik diri menjadikan klien menutup diri sehingga
perawat kekurangan informasi dan kesulitan dalam rangka menjalankan tindakan
keparawatan karena klien tidak kooperatif.Harapan dari teknik komunikasi adalah
mencoba menghadirkan atau menunjukan pada klien tindakan yang telah di lakukan
dengan harapan prilaku klien yang destructive tersebut, klien menjadi lebih
sadar akan perilakunya dan berubah menjadi perilaku yang assertive
o
Adat
istiadat :Kebiasaan yang di bawah klien ke rumah sakit saat menjalani perawatan
terkadang membawa pengaruh dalam hubungan perawat-klien.
o
Tingkat
penegetahuan : Penguasaan tentang penyakit yang di derita akan membantu dalam
penerimaan diri, dengan adanya penerimaan diri ini klien menjadi lebih
keopertif dan acceptiv serta berperilkau yang konstruktif dalampelaksaan
tindakan keperawaan
Tahap Perkenalan
Pada tahap perkenalan ini perawat memulai
kegiatan yang pertama kali dengan klien.Kegiatan yang di lakukan adalah
memperkenalkan diri pada klien dan keluarga klien.Bahwa saat ini yang menjadi
perawat adalah dirinya. Dalam hal ini berarti perawat sudah siap sedia untuk
memberikan pelawanan keperawatan pada klien (suryani,2006)
Tugas perawat pada tahap perkenalan adalah
1. Membina hubungan rasa saling percaya dengan
menunjukan penerimaan dan komunikasi terbuka
2. Memodifikasi dengan lingkungan yang kondusif
dengan peka terhadap respon klien dan menunjukan penerimaan, serta membantu
klien mengexpresikan perasaan dan
pikirannya
2.
Tahap Orientasi
Pada tahap orientasi ini perawat menggali
dengan adanya keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien dan di validasi dengan
tanda dan gejala yang lain untuk memprkuat perumusan diagnosis keperawatan.
Tugas perawat pada tahap orientasi ini
meliputi hal hal sebagai berikut :
1.
Membuat
kontrak dengan klien :Dalam merumuskan
sebuah kontrak harus ada kesepakatan bersama antara perawat-klien karena
kontrak yang di putuskan harus mendapat persetujuan dari kedua belah pihak
sehingga dalam ruang lingkup interaksi telah terjadi kesepakatan bersama antara
klien-perawat perihal topic yang akan di diskusikan termasuk juga tempat
diskusi , waktu pelaksaan, dan juga lama pelaksanaan.
2.
Explorasi
pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah keperawatan klien. : Penting sekali menggali pikiran dan perasaan
klien saat di tempat pelayanan kesehatan terutama mengenai tingkat kecemasan
akibat masalah yang mengganggu dalam pikirannya seiring adanya penyakit yang di
derita.
3.
Menetapkan
tujuan yang akan dicapai. : Dengan adanya tujuan yang akan di capai memberikan
kejelasan arah dalam berinteraksi, komunikasi menjadi lebih fleksibel,
kreditble, akuntable dan variatif
3.
Tahap Kerja
Tahap
kerja merupakan tahap untuk mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah
di buat pada tahap orientasi.Menurut Murray, B dan Judith, P (abdul nasir dkk) pada tahap kerja ini perawat di
harapkan mampu menyimpulkan percakapanya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini
merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal hal yang penting dalam
percakapan dan membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide yang sama
terhadap proses kesembuhan penyakitnya sendiri
4.
Tahap Terminasi
Tahap ini merupakan tahap dimana perawat
mengakhiri pertemuan dalam menjalankan tindakan keperwatan serta mengakhiri
interaksinya dengan klien. Kegiatan yang di lakuakan pada tahap terminasi
adalah sebagai beriut:
1. Evaluasi subjectif :Merupakan kegiatan yang di
lakukan dengan mengevaluasi suasana hati setelah terjadi interaksi dengan
klien.
2. Evaluasi objectif :Merupakan kegiatan yang di
lakukan untuk mengevaluasi respons objectif terhadap hasil yang di harapkan
dari keluhan yang di rasakan, apakah ada kemajuan atau sebaliknya.
3. Tindak lanjut : Merupakan kegiatan yang di
lakukan dengan menyampaikan pesan kepada
klien mengenai lanjutan kegiatan yang telah di lakukan
G. Penyimpangan
komunikasi
Komunikasi merupakan cara
yang sangat efektif mengubah perilaku klien. Sedemikian pentingnya bahkan dengan komunikasi yang baik mampu menurunkan
tingkat kecemasan klien dan mampu menutupi kelemahan perawat dalam hal
pengetahuan dan keahlian yang dimiliki perawat.
Klien dalam tatanan
pelayanan keperawatan belum pernah menanyakan berapa nilai akademik yang anda
peroleh dipendidikan ataupun apakah saudara bisa melakukan tindakan keperawatan
ini. Yang dirasakan dan dilihat klien adalah bagaimana saudara menyampaiakan
pesan itu kepada klien,karena dari hal itulah klien akan mengasumsikan bahwa
saudara mempunyai kognitif dan keahlian yang memadai.
Namun dalam hal
komunikasi antara perawat dan klien terkadang ada komunikasi yang menyimpang,
dimana komunikasi yang dilakukan perawat terhadap klien terputus (tidak
tersampaikannya maksud dan tujuan perawat). Pesan yang telah dirancang
sedemikian rupa dengan harapan mampu mengubah perilaku klien, namun pada
kenyataannnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Kendala itu merupakan proses
penyimpangan komunikasi yang bisa saja terjadi antara perawat dan
klien.Penyimpangan komunikasi ini akan menghambat tujuan dari komunikasi.
1.
Penyimpangan komunikasi pada diri klien :
Penyimpangan komunikasi
yang dilakukan klien merupakan bentuk dari upaya untuk menutupi diri dan sikap
menghindar untuk tetap tidak menyadari atau mengakui bahwa dalam dirinya ada
perasaan yang mengganggu dan mengusik yang berakibat meningkatnya kecemasan pada
dirinya. Penyimpangan tersebut merupakan bentuk resistensi dari diri klien
kepada perawat. Menurut nurhasanaN(2010) resisten merupakan upaya
klien untuk tetap tidak menyadari atau mengakui penyebab kecemasan dalam
dirinya dalam rangka melawan atau menyangkal perasaan. Perilaku tersebut
membuat perawat gagal dalam mendapatkan masukan yang berharga maupun data yang
valid dalam membangun intervensi keperawatan, demikian juga klien tidak
mendapatkan pelayanan keperawatan yang baik karena tidak didukung dengan data
masalah yang valid. Dengan demikian, menyimpangan komunikasi tersebut pada
akhirnya sangat merugikan klien karena menjadikan hari rawat menjadi lebih
panjang. Penyimpangan komunikasi dalam bentuk resistensik yang dilakukan oleh
klien diakibatkan klien belum siap untuk mengutarakan masalahnya dan mencoba
untuk menekan masalah kealam tidak sadar. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dari
protes akan ketidaksiapan klien kepada perawat karena klien belum percaya
kepada perawat sehingga tidak ada keinginan untuk mengungkapkan masalahnya yang
sebenarnya. Sebagai bentuk dari protes klien kepada perawat, maka penyimpangan
komunikasi yang dilakukan klien antara lain sebagai berikut.
a.
Menonjolkan gejala yang dialami, seolah-olah
penyakitnya bertambah parah.
b.
Pesimis terhadap kesembuhan.
c.
Kemunduran dari integritas pribadi.
d.
Menampakkan perilaku tidak wajar.
e.
Komunikasi menjadi lebih dangkal.
f.
Selalu berperilaku destruktif.
g.
Bertahan dengan menolak untuk berubah.
h.
Selalu mengkritik petugas/perawat.
Penyimpangan komunikasi yang
lain pada diri klien adalah menghubungkan kejadian atau pengalaman masa lalu
kedalam bentuk dan isi pikiran sehingga menimbulkan mindset dalam
berfikir.klien mencoba untuk mentranskripsikan atau mengopy cetak ulang atas
perbuatan yang telah dialami dengan mengansumsikan bahwa pelakuyang memberikan
pengalaman tersebut ada kemiripan dengan perawat saat ini yang dianggap bahwa
perawat saat ini juga mempunyai kecendrungan yang sama dalam berbuat dan
bertindak.
a. Kontertransferen : Kontertransfereren merupakan bentuk respon
emosional berupa hambatan terapeutik yang berasal dari diri perawat yang
dibangkitkan atau dipancing oleh sikap klien ( nurhasana N 2010). Perilaku yang dapat muncul pada klien menurut ernawati dalami(2009) antara lain :
·
Love dan caring berlebihan
·
Benci dan marah berlebihan
·
Cemas dan rasa bersalah yang timbul
berulang-ulang
·
Tidak mampu berempati terhadap klien
·
Perasaan tertekan selama atau setelah proses
·
Tidak bijaksana dalam membuat kontrak dengan
klien, terlambat atau terlalu lama, dan lain-lain
·
Mendukung ketergantungan klien
·
Berdebat dengan klien atau memaksa klien sebelum
klien siap
·
Menolong klien untuk hal-hal yang tidak
berhubungan dengan sasaran asuhan keperawatan
·
Menghadapi klien dengan hubungan pribadi atau
sosial
·
Melamunkan klien
Kontertransferens timbul
dengan tidak sengaja atau bahkan perawat sendiri tidak merasa bahwa saat ini
dia sudah terjadi kontertransferens, oleh karena itu diperlukan kewaspadaan
yang tinggi dari diri perawat. Untuk menghindari terjadinya kontertransferens,
Stuart, G.W (1998) dalam suryani (2006) berpendapat bahwa terdapat lima cara
untuk mengidentifikasi terjadinya kontertransferens.
·
Perawat harus mempunyai standar yang sama
terhadap dirinya sendiri atasa apa yang diharapkan kepada kliennya.
·
Perawat harus dapat menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan, terutama
saat klien menentang atau mengkritik.
·
Perawat harus mampu menemukan sumber
permasalahannya.
·
Ketika kontertransferens terjadi, perawat harus
dapat melatih diri untuk mengontrolnya.
·
Jika perawat yng membutuhkan pertolongan dalam
mengatasi kontertransferens, pengawasan secara individu maupun kelompok dapat
lebih membantu.
b.
Pelanggaran batas : Batasan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada klien adalah batasan yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan dasar yang
belum terpenuhi akibat penyakitnya. Dengan demikian pemberian asuhan
keperawatan kepada klien juga berdasarkan atas upaya pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan tidak menyimpang dari situ. Pelanggaran batas yang dilakukan
perawat adalah apabila perawat dalam memberikan asuhan keperawatan menyimpang
dari pemenuhan kebutuhan dasara manusia dan klien diajak berkomunikasi mengenai
hal ini diluar keperawtan, dimana hal itu tidak ada hubungan dengan keluhan
yang dirasakan klien saaat ini.
c.
Pemberian Hadiah : Pemberian hadiah dalam bentuk barang tertentu atau hadiah
nyata yang mempunyai tendensi tertentu yaitu mengharapkan dengan pemberian
hadiah tersebut, perlakuan perawat pada diri klien akanmelebihi dari konsep
pelayanan keperawatan yang semestinya. Situasi yang sering dimanfaatkan klien
saat memberikan hadiah pada perawat dengan tendensi tertentu adalah apabila
pertama kali klien masuk ruangan. Dengan pemberian hadiah tersebut harapannya
klien dapat memanipulasi perawat dengan cara mengatur hubungan dan mengatur
batasan-batasan dalam berhubungan ( ernawati dalami 2009). Mengatur hubungan dimaksud adalah bagaimana
emosi perawat bisa masuk didalam emosi klien dengan harapan justru perawatnya
yang nantinya bisa dikedalikan oleh klien.
Contoh kasus komunikasi terapeautik
Perawat : selamat pagi
Pasien : selamat pagi sus
Perawat : perkenalkan nama saya asma, saya adalah
perawat yang bertugas pada pagi hari ini. Boleh saya tau nama panggilan yang
ibu senangi
Pasien : saya biasa dipanggil riska
Perawat : ohh baik ibu riska bagaimana perasaan
ibu pagi hari ini? apa ada yang ibu keluhkan?
Pasien : oh iya sus luka dikaki saya meradang
lagi
Perawat : oh iya ibu boleh sya lihat lukanya
Pasien : ohh iya silahkan
Perawat : permisi ibu, maaf ya
Setelah melihat luka (
bangkit)
Perawat : ooh iya ibu, luka ibu ini Cuma meradang
saja. Untuk mengurangi radangnya sebaiknya lukanya dibersihkan dulu, karena
lukanya mudah infeksi
Pasien : ohh iya sus
Perawat : jadi bagaimana ibu? Apa ibu bersedia
pembersihan lukanya dilakukan sekarang?
Pasien : ohh iya sus silahkan..
Perawat mempersiapkan
alat
Perawat : bagaimana ibu? Bagaimana perasaanya
setelah dibersihkan?
Pasien : ohh lebih baik. Tapi sus setelah
dibersihkan apa radangnya tidak datang lagi?
Perawat : oohh iya ibu, pembersihan luka ibu ini
sebaiknya dilakukan secara rutin. Karena seperti yang saya jelaskan sebelumnya
bahwa luka ibu ini masih sangat mudah untuk terinfeksi. Jadi ibu dapat
melakukan pembersihan luka secara rutin dan membantu proses penyembuhannya
dengan obat.
Pasien : ohh iya sus.
Perawat : baiklah ibu saya akan melanjutkan
pekerjaan saya, saya permisi dulu ya.
Pasien : iya suster silahkan
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Komunikasi
Terapeurik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam
komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
pasien.Komunikasi terapeutik termasuk
komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar
perawat dengan pasien.Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling
membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam
komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien
menerima bantuan.
Komunikasi terapeutik bukan
pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan
merupakan tindakan profesional.Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik
bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar
belakang dan masalahnya.
B. SARAN
Perawat
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, hendaknya memperhatikan cara
berkomunikasi dengan kliennya. Karena kesan pertama dari pelayanan sangat
berpengaruh terhadap kredibilitas perawat itu sendiri. Jika ingin menjadi
seorang perawat yang professional, mulailah dari cara berkomunikasi yang
professional juga.
DAFTAR
PUSTAKA
Delami Ernawati, dkk 2009.
Komunikasi keperawatan, Jakarta : trans
info media
Nurhasana N. 2010 .ilmu komunikasi
dalam kontreks keperawatan, Jakarta : trans info media
Tyastuti siti , dkk . 2008
.komunikasi dan konelin dalam pelayanan kebidanan . Yogyakarta : fitramaya.
Machfoedz Mahmud, 2009. Komunikasi
keperawatan ( komunikasi terapeutik)
yogyakarta: ganbika
Priyanto agus , 2009 . komunikasi
dan konseling . jakrta : selembah media
Riyadi, purwanto .2009 .asuhan
keperawatan jiwa, Yogyakarta ; GRAHA Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar