Minggu, 31 Juli 2016

KOMUNIKASI TERAUPETIK

KOMUNIKASI

komunikasi terapeutik

 
AMSAR JAMBIA
 POO341015003


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karuniaNya Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah komunikasi ini.
Tak lupa Kami ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak  yang telah membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat Kami ucapkan satu persatu sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Di dalam makalah ini kami menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat Kami harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi.



DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………
Daftar isi………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUA
A.LATAR BELAKANG…………………………………………………………
B.RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………..
C.TUJUAN MASALAH ………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
A.DEVINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………………………..
B.JENIS-JENIS KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………………….
C.TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………………………….
D.TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………………………
E.PRINSIP DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………………..
F.TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………………………...
G.CARA PENCAPAIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK……………………..
H. PENYIMPANGAN KOMUNIKASI………………………………………….
BAB III PENUTUP
A.KESIMPILAN…………………………………………………………………
B.SARAN………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..








Kendari, 11 mei 2016


                                Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang

Berdasarkan tugas yang diberikan pada mata perkuliahan Komunikasi yang membahas tentang bagaimana cara seorang perawat melakukan komunikasi yang baik dan benar dengan klien atau pasiennya. Komunikasi yang baik digunakan antara seorang perawat dengan pasiennya dalam dunia keperawatan dikenal dengan komunikasi terapeutik.
Didalam proses penyusunan makalah ini kami menggunakan beberapa literatur seperti buku-buku dan internet. Makalah ini berisikan pengertian komunikasi terapeutik, jenis-jenis komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi, tujuna komunikasi atau manfaat komunikasi, unsur-unsur komunikasi, teknik komunikasi, fase komunikasi, dan hambatan komunikasi terapeutik itu sendiri Komunikasi antara si pasien dengan juru rawat yang baik akan memberikan kepuasan tersendiri pada diri pasien. Pasien akan merasa senang, bahagia, dan puas dengan hasil perawatan yang diberikan. Dengan perasaan senang, puas dan nyamannya si pasien, hal ini akan membantu proses penyembuhan dari diri pasien itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi komunikasi terapeutik ?
2. Apa jenis-jenis komunikasi terapeutik ?
3.  Bagaimana teknik komunikasi terapeutik ?
4.  Apa tujuan dan manfaat komunikasi terapeutik ?
5. Bagaimana prinsip komunikasi terapeutik ?
6. Bagaimana tahap komunikasi terapeutik ?
7. Bagaiman cara mencapai kondisi komunikasi terapeutik ?
8. Apa penyimpangan komunikasi terapeutik ?

C. Tujuan
1. Memahami definisi komunikasi terapeutik
2. mengetahui jenis-jenis komunikasi terapeutik
3. memahamiteknik  komunikasi terapeutik
4. mengetahui tujuan dan manfaat komunikasi terapeutik
5. memahamiprinsip dasar  komunikasi terapeutik
6. memahamitahap  komunikasi terapeutik
7. mengetahuicara mencapai kondisi komunikasi terapeutik
8. mengetahuipenyimpangan komunikasi terapeutik








BAB II
PEMBAHASAN


A.    Devinisi komunikasi
·         Suasana yang menggambarkan komunikasi yang terapeutik adalah apabila dalam berkomunikasi dengan klien, perawat mendapatkan gambaran yang jelas tentangkondisi klien yang sedang di rawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilkan serta keluhan yang di rasakan.Menurut As homby ( 1974) yang dikutip oleh abdul nasir dalam buku komunikasi dalam keperawatan (2001)
·         Komunikasi mencakup ekspresi wajah , sikap dan gerak- gerik suara , kata-kata tertulis dan lain-lain menurut Drs. Onong uchjana effendi, MA di kutip oleh ernawati dalami dalam buku komunikasi keperawatan
hal ini mengambarkan bahwa dalam menjalani proses komunikasi terapeutik, seorang perawat melalukan kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan masalah keperawatan, menentukan rencana tindakan, melalukan tindakan keperawatan sesuai dengan yang telah di rencanakan sampai pada evaluasi yang semuanya itu bisa di capai dengan maksimal apabila terjadi proses komunikasi yang efektif dan intensif.
B.     Jenis komunikasi
Menurut potter dan perry (1993) swansburg (1990) szilagyi ( 1984) dan tappen ( 1995 )o
Ada 2  jenis komunikasi yaitu :
1.      Komunikasi verbal
Memlalui bahasa , seseorang aka mengomunikasikan dan menginterpretasikan kat secara verbal sehingga bahasa dapat di devinisikan sebagi sebuah seperangkat kata yang telah di susun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti . selain itu, melalui bahasa seseorang juga dapat mengungkapkan sebuah perasaan, ide, kesan, dan respons emosional denga tujuan agar tercipta hubungan yang baik dan tercipta ikatan-ikatan dalam kehidupan manusin, serta mempelajari sekeliling kita dalam memahami lingkungan melalui proses intraksi.
   Sampai pada tahap di interprestasikan dalam sebuah kata, komunakis verbal membutuhkan ketarampilan komunitif dalam mengelola sebuah stimulus agar stimulus tersebut mampu di presepsikan dan di tampilakan dalam bentuka dalam sebuah perasaan, ide, keinginan untuk menguraikan sebuah stimulus, ataupun sampai pada tahap mengingat kembali yang di interprestasikan dalam arti yang sesungguhnya. Kata- kata adalah alat atau symbol yang di pakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan , membangkitkan respons emosional, menguraikan objek, observasi dan ingantan. Kata-kata juga sering di gunakan untuk menyampaikan arti yang tersembunyi dan menguji minat seseorang.Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespons secara langsung, untuk itu perlu adanya pengenalan bahasa. Komunikasi verbal yang efektif harus seusi dengan hal – hal berikut :
·         Jelas dan ringkas   : komunikasi yan efektif harus sederhana pendek dan langsung makin sedikit kata-kata yang di gunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.

·         Perbendaharaan kata  : komuniaki tidak akan berhasi jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan.

·         Arti denotatif dan konotatif :  adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarya yang dimiliki oleh sebuah leeksem.

·         Selaan dan kesempatan berbicara : selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu serta memberi waktu kepada pendengar unrtuk mendengarkan dan memahami arti kata.

·         Waktu dan relevansi : perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi

·         Humor :menurut  dugan ( 1989 ) mengatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang di sebabkan oleh stress, serta meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberiakan dukungan emosional terhadap klien.
2.      Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal merupakn penyampaian kode nonverbal yaitu sesuatu peroses pemindahan atau penyampaian pesan tanpa mengguanakan kata- kata. Menurut cangara , H , (2006 ) mendevebisikan bahwa penyampaian kode nonverbal biasa di sebut juga bahasa isyarat atau bahasa diam ( silent language ). Apabila terjadi pertentangan antara apa yang di ucapkan dan apa yang di perbuat, seseorang akan cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat kode nonverbal dari pada kodeverbal.
Komunikasi nonverbal dapat di amati pada hal- hal berikut :
1.      Metakomuniaksi : suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara .
2.      Penampilan personal :menurut lalliascosi,(1990) dalam poter dan perry (1993 ) kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya.
3.      Paranguage : intonasi atau nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan karna emosi seseorang dapat secara langsung memepengaruhi nada suaranya.
4.      Gerakan mata
5.      Kinesics : merupaka gerakan tubuh yang menggambarkan sikap emosi, konsep diri, dan keadaan diri.
6.      Sentuhan
C.    Teknik komunikasi terapeutik
Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1987, hl. 124)
1.      Mendengarkan : Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri Kesempatan lebih banyak pada kien untuk bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
2.      Pertanyaan Terbuka (broad opening) : Memberi kesempatan untuk memilih. Serta mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan.
3.      Mengulang (restarting) : Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan atau diekspresikan  klien dengan menggunakan kata-kata sendiri. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien.
4.      Refleksi : Mengulang kembali apa yang dibicarakan pasien.
a. Refleksi Isi : Memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
b.Refleksi Perasaan : Memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Gunanya Untuk :
Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
Mengoreksi
Memberi keterangan lebih jelas
Ruginya Untuk :
Ø    Mengulang terlalu sering dan sama
Ø    Dapat menimbulkan marah , iritasi, dan frustasi.
5.   Klarifikasi/Validasi ; Berupaya menyampaikan ide atau pikiran klien yang tidak jelas dan meminta klien menjelaskan kembali. Hal ini biasa dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar, atau klien malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah.
6.   Memfokuskan (focusing) ; Komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi sehingga menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting. Dan menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas dan berfokus pada realitas.
7.      Membagi Persepsi/Sharing Persepsi ; Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi.
8.Identifikasi Tema : Menyatakan isu atau masalah yang terjadi berulang kali.Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting.
9.Diam : Tidak ada komunikasi verbal, memberikan kesempatan klien untuk mengutarakan pikirannya.
10.  Informasi : Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.
11.              Saran : Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
12.              Humor : Pengeluaran energi melalui lelucon.
D.    Tujuan komunikasi terapeutik
Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan, untuk dasar tindakan guna mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal­-hal yang di perlukan.Di samping itu juga untuk mengurangi keraguan serta membantu dilakukannya tindakan yang efektif, mempererat interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara professional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien.
Komunikasi terapeutik juga terjadi dengan tujuan untuk menolong pasien yang dilakukan oleh kelompok professional melalui pendekatan pribadi berdasarkan perasan dan emosi, berdasarkan rasa saling percaya di antara kedua pihak yang terlibat dalam komunikasi.
E.     Prinsip dasar komunikasi terapeutik

o   Komunikasi Berorientasi pada Proses Percepatan Kesembuhan
Saat perawat berkomunikasi dengan klien, maka semua percakapan berorientasi bagaimana percakapan ini bisa mendukung perawat untuk mendapatkan masukan yang berharga dalam menentukan sikap dan tindakan. Klien yang merasa di ajak mendiskusikan masalah kesehatan yang dihadapinya, akan merasa terayomi dan merasa mendapat perhatian yang penuh dari perawat sehingga bisa menurunkan kecemasannya akibat penyakit yang diderita.
o   Komunikasi Terstruktur dan Direncanakan
Perawat yang akan melakukan komunikasi dengan klien sudah merencanakan cara-cara yang akan dilakukan atau hal-hal yang akan dikomunikasikan kepada klien. Perawat harus mempersiapkan materi yang akan disampaikan. Untuk itu dibutuhkan strategi pelaksanaan komunikasi yang baik.Strategi pelaksanaan komunikasi ini merupakan pendamping saat berkomunikasi dengan klien. Dengan strategi ini menuntun dan memberi petunjuk, serta mengerahkan perkataan apa saja yang akan disampaikan kepada klien. Apa yang akan disampaikan sebelumnya sudah terekam pada ruang penyimpanan di otak. Hal ini untuk menghindari bias saat berkomunikasi.
o   Komunikasi Terjadi dalam Konteks Topik, Ruang dan Waktu
Saat berkomunikasi perawat harus memiliki topik yang dibutuhkan klien sesuai dengan keluhan yang dirasakan atau masalah klien.Perlu diperhatikan bahwa klien itu unik karena perbedaannya.Oleh karena itu, perawat harus mampu beradaptasi dengan keunikannya. Menghadapi klien satu dengan lainnya tentunya tidak sama, baik topik maupun cara berhubungan atau berkomunikasi sehingga perawat harus memperhatikan dari sisi dimensi isi dan hubungan.
o   Kominukasi Memperhatikan Kerangka Pengalaman Klien
Tingkat retensi atas pengetahuan yang diterima peserta komunikasi diberikan gambaran seberapa jauh pesan yang disampaikan diterima dan dipahami oleh peserta komunikasi.Harapan pengalama kedua belah pihak memiliki kemiripan yaitu agar tujuan penyampaian peserta tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu, seorang akan menyampaikan pesan perlu melihat hal-hal berikut ini.
·         Latar belakang budaya
·         Bahasa
·         Agama
·         Tingkat pendidikan
·         Kemampuan koknitif
·         Termaksud di dalamnya kondisi psikologis dari lawan bicara
Dalam proses komunikasi, perawat harus melihat kondisi emosional dari klien/perawat sehingga dalam berkomunikasi perawat mampu menempatkan diri dalam berinteraksi. Menempatkan diri pada emosi klien tersebut dalam komunikasi disebut empati.Perawat harus tanggap dan merespon dengan pertanyaan terbuka.
o   Komunikasi Memerlukan Keterlibatan Maksimal dari Klien dan Keluarga
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi dengan latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan.Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar dimana dia bersosialisasi memengaruhi bagaimana dia melakukan komunikasi.Dalam proses komunikasi antara perawat dan klien/keluarga akan terjadi proses transformasi, ada diskusi yang saling mengisi dan menerima, untuk itu perawat harus memperhatikan latar belakang yang dimiliki klien/keluarga tersebutagar pesan yang disampaikan mampu memberikan efek terapeutik bagi klien/keluarga.
Dalam proses diskusi tersebut harus ada keputusan yang di sepakati, baik menolak maupun menerima, yang dituangkan dengan pembuatan informed konsen. Perawat harus mengarahkan pesan tersebut pada kondisi pesan yang bersifat coercion yaitu pesan yang bersifat instruksi yang mengikat, namun tetap harus memperhatikan kapasitas dan kemampuan dari klien/keluarga. Harapan dari instruksi yang mengikat tersebut agar klien mengikuti pesan tersebut, dalam upaya mempercepat proses pertumbuhan. Untuk itu perawat harus menampilkan kesungguhan dari perawat dimana pesan verbal sesuai dengan pesan non verbal atau pesan yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien.
o   Keluhan Utama Sebagia Pijakan Pertama dalam Komunikasi
Konsep triple N (Nanda NIC dan NOC) merupaka aplikasi bagaimana pentingnya keluhan utama dalam menentukan diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan kriteria evaluasi yang dilakukan bersama-sama untuk memperoleh gambaran yang signifikan dalam pelaksanaan proses perawatan. Keselarasan antara diagnosis keperawatan, interfensi dan ninplementasi akansangat terlihat apabila perawat menggunakan keluhan utama sebagai pijakan untuk melaksanakan asuhan keperawatan.          
F.      Tahap –tahap komunikasi terapeutik
1.      Tahap Pra-Interaksi :tahap pra interaksi dimana perawat menggali lebih dahulu kemampuan yang di miliki sebelum kontak atau berhubungan dengan klien. Terdapat 2 unsur yang perlu di persiapkan dan di pelajari pada tahap pra interaksi yaitu
a.          Unsure diri sendiri. Hal – hal yang di pelajari dari diri sendiri adalah sebagai berikut adalah :
o   Pengetahuan yang di miliki yang terkait dengan penyakit dan masalah klien. : Pengetahuan yang di miliki perawat akan kondisi klien di pakai sebagai bekal dalam berinteraksi sehingga ketika perawat belum menguasai penyakit dan keluhan klien , maka perawat perlu belajar dahulu atau diskusi dengan teman sejawat, atasan, maupun dengan yang lainnya sehingga ketika perawat hadir secara fisik di hadapan klien, perawat sudah siap berinteraksi.
o   Kecemasan dan kekalutan diri.:Kecemasan yang dialami oleh perawat mengakibatkan perawat tidak mampu mendengarkan keluhan yang di utarakan klien dengan baik. Perawat harus mampu membedakan masalah pribadi dan menjalankan profesi. Selain itu , perawat perlu mendefinisikan harapan yang di tentukan  sesuai dengan keadaan klien
o   Analisis kekuatan diri : Perawat perlu menganalisis kelemahannya dan menggunakan kekuatannya untuk berinteraksi dengan klien, analisis kekuatan diri dalam konteks komunikasi dengan orang lain terutama pada aspekkekuatan mental karena diri mudah perpengaruh ataupun mudah emosional akan mempengaruhi proses komunikasi
o   Waktu pertemuan baik saat pertemuan maupun lama pertemuan :Sebelum bertemu dengan klien, perawat perlu menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan pertemuan atau komunikasi dengan klien perwat harus mampu menentukan waktu yang tepat saat pertemuan, perawat harus tahu kebiasaan dan jadwal istrahat klien. Lama pertemuan juga peru di pertimbangkan agar klien tidak jeuh dalam diskusi.
b.      Unsure diri klien : Hal-hal yang perlu di pelajari dari unsure diri klien adalah sebagai berikut adalah :
o   Perilaku klien dalam menghadapi penyakitnya :Perilaku yang destruktif pada klien saat menghadapi penyakitnya akan menyulitkan perawat dalam berkomunikasi sikap yang cenderung defensive dan menarik diri menjadikan klien menutup diri sehingga perawat kekurangan informasi dan kesulitan dalam rangka menjalankan tindakan keparawatan karena klien tidak kooperatif.Harapan dari teknik komunikasi adalah mencoba menghadirkan atau menunjukan pada klien tindakan yang telah di lakukan dengan harapan prilaku klien yang destructive tersebut, klien menjadi lebih sadar akan perilakunya dan berubah menjadi perilaku yang assertive
o   Adat istiadat :Kebiasaan yang di bawah klien ke rumah sakit saat menjalani perawatan terkadang membawa pengaruh dalam hubungan perawat-klien.
o   Tingkat penegetahuan : Penguasaan tentang penyakit yang di derita akan membantu dalam penerimaan diri, dengan adanya penerimaan diri ini klien menjadi lebih keopertif dan acceptiv serta berperilkau yang konstruktif dalampelaksaan tindakan keperawaan
Tahap Perkenalan
Pada tahap perkenalan ini perawat memulai kegiatan yang pertama kali dengan klien.Kegiatan yang di lakukan adalah memperkenalkan diri pada klien dan keluarga klien.Bahwa saat ini yang menjadi perawat adalah dirinya. Dalam hal ini berarti perawat sudah siap sedia untuk memberikan pelawanan keperawatan pada klien (suryani,2006)
Tugas perawat pada tahap perkenalan adalah
1.      Membina hubungan rasa saling percaya dengan menunjukan penerimaan dan komunikasi terbuka
2.      Memodifikasi dengan lingkungan yang kondusif dengan peka terhadap respon klien dan menunjukan penerimaan, serta membantu klien mengexpresikan perasaan dan  pikirannya
2.      Tahap Orientasi
Pada tahap orientasi ini perawat menggali dengan adanya keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien dan di validasi dengan tanda dan gejala yang lain untuk memprkuat perumusan diagnosis keperawatan.
Tugas perawat pada tahap orientasi ini meliputi hal hal sebagai berikut :
1.      Membuat kontrak dengan klien  :Dalam merumuskan sebuah kontrak harus ada kesepakatan bersama antara perawat-klien karena kontrak yang di putuskan harus mendapat persetujuan dari kedua belah pihak sehingga dalam ruang lingkup interaksi telah terjadi kesepakatan bersama antara klien-perawat perihal topic yang akan di diskusikan termasuk juga tempat diskusi , waktu pelaksaan, dan juga lama pelaksanaan.
2.      Explorasi pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah keperawatan klien.  : Penting sekali menggali pikiran dan perasaan klien saat di tempat pelayanan kesehatan terutama mengenai tingkat kecemasan akibat masalah yang mengganggu dalam pikirannya seiring adanya penyakit yang di derita.
3.      Menetapkan tujuan yang akan dicapai. : Dengan adanya tujuan yang akan di capai memberikan kejelasan arah dalam berinteraksi, komunikasi menjadi lebih fleksibel, kreditble, akuntable dan variatif
3.      Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan tahap untuk mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah di buat pada tahap orientasi.Menurut  Murray, B dan Judith, P (abdul nasir dkk) pada tahap kerja ini perawat di harapkan mampu menyimpulkan percakapanya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal hal yang penting dalam percakapan dan membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide yang sama terhadap proses kesembuhan penyakitnya sendiri
4.      Tahap Terminasi
Tahap ini merupakan tahap dimana perawat mengakhiri pertemuan dalam menjalankan tindakan keperwatan serta mengakhiri interaksinya dengan klien. Kegiatan yang di lakuakan pada tahap terminasi adalah sebagai beriut:
1.   Evaluasi subjectif :Merupakan kegiatan yang di lakukan dengan mengevaluasi suasana hati setelah terjadi interaksi dengan klien.
2.   Evaluasi objectif :Merupakan kegiatan yang di lakukan untuk mengevaluasi respons objectif terhadap hasil yang di harapkan dari keluhan yang di rasakan, apakah ada kemajuan atau sebaliknya.
3.   Tindak lanjut : Merupakan kegiatan yang di lakukan  dengan menyampaikan pesan kepada klien mengenai lanjutan kegiatan yang telah di lakukan
G.    Penyimpangan komunikasi
Komunikasi merupakan cara yang sangat efektif mengubah perilaku klien. Sedemikian pentingnya  bahkan dengan komunikasi yang baik mampu menurunkan tingkat kecemasan klien dan mampu menutupi kelemahan perawat dalam hal pengetahuan dan keahlian yang dimiliki perawat.
Klien dalam tatanan pelayanan keperawatan belum pernah menanyakan berapa nilai akademik yang anda peroleh dipendidikan ataupun apakah saudara bisa melakukan tindakan keperawatan ini. Yang dirasakan dan dilihat klien adalah bagaimana saudara menyampaiakan pesan itu kepada klien,karena dari hal itulah klien akan mengasumsikan bahwa saudara mempunyai kognitif dan keahlian yang memadai.
Namun dalam hal komunikasi antara perawat dan klien terkadang ada komunikasi yang menyimpang, dimana komunikasi yang dilakukan perawat terhadap klien terputus (tidak tersampaikannya maksud dan tujuan perawat). Pesan yang telah dirancang sedemikian rupa dengan harapan mampu mengubah perilaku klien, namun pada kenyataannnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Kendala itu merupakan proses penyimpangan komunikasi yang bisa saja terjadi antara perawat dan klien.Penyimpangan komunikasi ini akan menghambat tujuan dari komunikasi.
1.   Penyimpangan komunikasi pada diri klien :
Penyimpangan komunikasi yang dilakukan klien merupakan bentuk dari upaya untuk menutupi diri dan sikap menghindar untuk tetap tidak menyadari atau mengakui bahwa dalam dirinya ada perasaan yang mengganggu dan mengusik yang berakibat meningkatnya kecemasan pada dirinya. Penyimpangan tersebut merupakan bentuk resistensi dari diri klien kepada perawat. Menurut nurhasanaN(2010) resisten merupakan upaya klien untuk tetap tidak menyadari atau mengakui penyebab kecemasan dalam dirinya dalam rangka melawan atau menyangkal perasaan. Perilaku tersebut membuat perawat gagal dalam mendapatkan masukan yang berharga maupun data yang valid dalam membangun intervensi keperawatan, demikian juga klien tidak mendapatkan pelayanan keperawatan yang baik karena tidak didukung dengan data masalah yang valid. Dengan demikian, menyimpangan komunikasi tersebut pada akhirnya sangat merugikan klien karena menjadikan hari rawat menjadi lebih panjang. Penyimpangan komunikasi dalam bentuk resistensik yang dilakukan oleh klien diakibatkan klien belum siap untuk mengutarakan masalahnya dan mencoba untuk menekan masalah kealam tidak sadar. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dari protes akan ketidaksiapan klien kepada perawat karena klien belum percaya kepada perawat sehingga tidak ada keinginan untuk mengungkapkan masalahnya yang sebenarnya. Sebagai bentuk dari protes klien kepada perawat, maka penyimpangan komunikasi yang dilakukan klien antara lain sebagai berikut.
a.             Menonjolkan gejala yang dialami, seolah-olah penyakitnya bertambah parah.
b.            Pesimis terhadap kesembuhan.
c.             Kemunduran dari integritas pribadi.
d.            Menampakkan perilaku tidak wajar.
e.             Komunikasi menjadi lebih dangkal.
f.             Selalu berperilaku destruktif.
g.            Bertahan dengan menolak untuk berubah.
h.            Selalu mengkritik petugas/perawat.
Penyimpangan komunikasi yang lain pada diri klien adalah menghubungkan kejadian atau pengalaman masa lalu kedalam bentuk dan isi pikiran sehingga menimbulkan mindset dalam berfikir.klien mencoba untuk mentranskripsikan atau mengopy cetak ulang atas perbuatan yang telah dialami dengan mengansumsikan bahwa pelakuyang memberikan pengalaman tersebut ada kemiripan dengan perawat saat ini yang dianggap bahwa perawat saat ini juga mempunyai kecendrungan yang sama dalam berbuat dan bertindak.
a.      Kontertransferen : Kontertransfereren merupakan bentuk respon emosional berupa hambatan terapeutik yang berasal dari diri perawat yang dibangkitkan atau dipancing oleh sikap klien ( nurhasana N 2010). Perilaku yang dapat muncul pada klien menurut ernawati dalami(2009) antara lain :
·         Love dan caring berlebihan
·         Benci dan marah berlebihan
·         Cemas dan rasa bersalah yang timbul berulang-ulang
·         Tidak mampu berempati terhadap klien
·         Perasaan tertekan selama atau setelah proses
·         Tidak bijaksana dalam membuat kontrak dengan klien, terlambat atau terlalu lama, dan lain-lain
·         Mendukung ketergantungan klien
·         Berdebat dengan klien atau memaksa klien sebelum klien siap
·         Menolong klien untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan sasaran asuhan keperawatan
·         Menghadapi klien dengan hubungan pribadi atau sosial
·         Melamunkan klien
Kontertransferens timbul dengan tidak sengaja atau bahkan perawat sendiri tidak merasa bahwa saat ini dia sudah terjadi kontertransferens, oleh karena itu diperlukan kewaspadaan yang tinggi dari diri perawat. Untuk menghindari terjadinya kontertransferens, Stuart, G.W (1998) dalam suryani (2006) berpendapat bahwa terdapat lima cara untuk mengidentifikasi terjadinya kontertransferens.
·         Perawat harus mempunyai standar yang sama terhadap dirinya sendiri atasa apa yang diharapkan kepada kliennya.
·         Perawat harus dapat menguji diri sendiri  melalui latihan menjalin hubungan, terutama saat klien menentang atau mengkritik.
·         Perawat harus mampu menemukan sumber permasalahannya.
·         Ketika kontertransferens terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk mengontrolnya.
·         Jika perawat yng membutuhkan pertolongan dalam mengatasi kontertransferens, pengawasan secara individu maupun kelompok dapat lebih membantu.
b.   Pelanggaran batas : Batasan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien adalah batasan yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan dasar yang belum terpenuhi akibat penyakitnya. Dengan demikian pemberian asuhan keperawatan kepada klien juga berdasarkan atas upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya dan tidak menyimpang dari situ. Pelanggaran batas yang dilakukan perawat adalah apabila perawat dalam memberikan asuhan keperawatan menyimpang dari pemenuhan kebutuhan dasara manusia dan klien diajak berkomunikasi mengenai hal ini diluar keperawtan, dimana hal itu tidak ada hubungan dengan keluhan yang dirasakan klien saaat ini.
c.    Pemberian Hadiah : Pemberian hadiah dalam bentuk barang tertentu atau hadiah nyata yang mempunyai tendensi tertentu yaitu mengharapkan dengan pemberian hadiah tersebut, perlakuan perawat pada diri klien akanmelebihi dari konsep pelayanan keperawatan yang semestinya. Situasi yang sering dimanfaatkan klien saat memberikan hadiah pada perawat dengan tendensi tertentu adalah apabila pertama kali klien masuk ruangan. Dengan pemberian hadiah tersebut harapannya klien dapat memanipulasi perawat dengan cara mengatur hubungan dan mengatur batasan-batasan dalam berhubungan ( ernawati dalami 2009). Mengatur hubungan dimaksud adalah bagaimana emosi perawat bisa masuk didalam emosi klien dengan harapan justru perawatnya yang nantinya bisa dikedalikan oleh klien.


Contoh kasus komunikasi terapeautik
Perawat      : selamat pagi
Pasien         : selamat pagi sus
Perawat      : perkenalkan nama saya asma, saya adalah perawat yang bertugas pada pagi hari  ini.    Boleh saya tau nama panggilan yang ibu senangi
Pasien         : saya biasa dipanggil riska
Perawat      : ohh baik ibu riska bagaimana perasaan ibu pagi hari ini? apa ada yang ibu keluhkan?
Pasien         : oh iya sus luka dikaki saya meradang lagi
Perawat      : oh iya ibu boleh sya lihat lukanya
Pasien         : ohh iya silahkan
Perawat      : permisi ibu, maaf ya
Setelah melihat luka ( bangkit)
Perawat      : ooh iya ibu, luka ibu ini Cuma meradang saja. Untuk mengurangi radangnya sebaiknya lukanya dibersihkan dulu, karena lukanya mudah infeksi
Pasien         : ohh iya sus
Perawat      : jadi bagaimana ibu? Apa ibu bersedia pembersihan lukanya dilakukan sekarang?
Pasien         : ohh iya sus silahkan..
Perawat mempersiapkan alat
Perawat      : bagaimana ibu? Bagaimana perasaanya setelah dibersihkan?
Pasien         : ohh lebih baik. Tapi sus setelah dibersihkan apa radangnya tidak datang lagi?
Perawat      : oohh iya ibu, pembersihan luka ibu ini sebaiknya dilakukan secara rutin. Karena seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa luka ibu ini masih sangat mudah untuk terinfeksi. Jadi ibu dapat melakukan pembersihan luka secara rutin dan membantu proses penyembuhannya dengan obat.
Pasien         : ohh iya sus.
Perawat      : baiklah ibu saya akan melanjutkan pekerjaan saya, saya permisi dulu ya.
Pasien         : iya suster silahkan

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Komunikasi Terapeurik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pasien.Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan.
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional.Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya.
B. SARAN
Perawat yang memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, hendaknya memperhatikan cara berkomunikasi dengan kliennya. Karena kesan pertama dari pelayanan sangat berpengaruh terhadap kredibilitas perawat itu sendiri. Jika ingin menjadi seorang perawat yang professional, mulailah dari cara berkomunikasi yang professional juga.


DAFTAR PUSTAKA


Delami Ernawati, dkk 2009. Komunikasi keperawatan, Jakarta  : trans info media

Nurhasana N. 2010 .ilmu komunikasi dalam kontreks keperawatan, Jakarta : trans info media

Tyastuti siti , dkk . 2008 .komunikasi dan konelin dalam pelayanan kebidanan . Yogyakarta : fitramaya.

Machfoedz Mahmud, 2009. Komunikasi keperawatan ( komunikasi terapeutik)  yogyakarta: ganbika

Priyanto agus , 2009 . komunikasi dan konseling . jakrta : selembah media

Riyadi, purwanto .2009 .asuhan keperawatan jiwa, Yogyakarta ; GRAHA Ilmu



Tidak ada komentar: