MAKALAH
(PENYAKIT TIDAK MENULAR “HIPERTENSI”)
Oleh:
KELOMPOK II
AMSAR JAMBIA
ASRIANTI
FERA ANGELINA PUTRI
HIJRIANI
NI NYOMAN FITRIANI
NOVA PRIMASARI
NURHIDAYAH
RICHARDO REYNALDI S.A.
SISKIA AZIZAH
SITI ZAKINAH SHOBRI
WA ODE SUMARS
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN KENDARI
JURUSAN
ANALIS KESEHATAN
2017
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan Puji syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia_Nya kami diberikan kesehatan dan kesempatan sehinnga bisa meyelesaikan makalah epidemiologi ini
tepat pada waktunya.
Tak lupa kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Di dalam makalah ini
kami menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik
lagi. kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya pada diri kami sendiri.
Kendari, 4 april 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
penyakit tidak menular menjadi masalah
kesehatan masyarakat dunia yang menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian
yang tinggi, serta menimbulkan beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu
dilakukan penyelenggaraan penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab kematian di dunia adalah penyakit
tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80% kematian ini terjadi di
negara berpenghasilan menengah dan rendah. Penyakit tidak menular adalah
penyakit kronis dengan durasi yang panjang dengan proses penyembuhan atau
pengendalian kondisi klinisnya yang umumnya lambat. Berikut 10 besar penyakit
penyebab kematian di dunia menurut . Menurut World Health Organization (WHO) 2011 :
2.
Stroke
3.
Infeksi saluran napas bawah
5.
Diare
6.
HIV/AIDS
7.
Kanker paru
8.
Diabetes melitus
10. Prematuritas
Indonesia
juga mengalami eskalasi penyakit tidak menular yang dramatis. Hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2013 menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan
secara bermakna, diantaranya prevalensi penyakit stroke meningkat dari 8,3 per
mil pada 2007 menjadi 12,1 per mil pada 2013. Lebih lanjut diketahui bahwa 61 persen
dari total kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes
dan PPOK. Tingginya prevalensi bayi dengan BBLR (10%, tahun 2013) dan lahir
pendek (20%, tahun 2013), serta tingginya stunting pada anak balita di
Indonesia (37,2%, 2013) perlu menjadi perhatian oleh karena berpotensi pada
meningkatnya prevalensi obese yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian
penyakit tidak menular. Dengan demikian, penanggulangan penyakit tidak menular
juga perlu mengintegrasikan dengan upaya-upaya yang mendukung 1000 hari pertama
kehidupan (1000 HPK). Berikut 10 besar penyakit tidak menular di indonesia
menurut litbangkes 2015 :
1.
penyakit pembuluhdarah otak (21%)
2.
penyakit jantung iskemik (12.9%)
3.
diabetes mellitus(6.7%)
4.
TBC (5.7%)
5.
hipertensi dengan komplikasinya(5.3%)
6.
penyakit saluran napas bawah kronik (4.9%)
7.
penyakit hati (2.7%)
8.
kecelakaantransportasi (2.6%)
9.
pneumonia (2.1%)
10.
diare (1.9%)
berikut 10
besar penyakit penyebab kematian di sulawesi tenggara menurut dinkes
prov.sultra tahun 2015
hipertensi telah
membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
Angka memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus
meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025
mendatang, diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia terkena hipertensi. Prosentase
penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat
di negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases
2010 dari WHO menyebutkan, 40 persen negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi, sedangkan
negara maju hanya 35 persen. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46
persen. Sementara kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35 persen. Di
kawasan Asia Tenggara, 36 persen orang dewasa menderita hipertensi.
Untuk
kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal
ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi. "Untuk
pria maupun wanita terjadi peningkatan jumlah penderita, dari 18 persen menjadi
31 persen dan 16 menjadi 29 persen, (WHO, 2013). Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai
5,3% pada tahun 2015 dan penyakit
tersebut menduduki posisi ke-5 tingkat nansional penyebab kematian pada
provinsi sulawesi tenggara hipertensi menduduki posisi ke-2 penyakit penyebab
kematian dengan jumlah kasus 19.743.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa definisi dari hipertensi?
2. Apa saja tanda dan gejala
hipertensi?
3. Apa
saja klasifikasi dari hipertensi?
4. Bagaimana patofisiologi
hipertensi?
5. Bagaimana masalah
epidemiologi hipertensi?
6. Bagaimana diagnosis hipertensi?
7. Apa saja komplikasi
hipertensi?
8. Bagaimana
cara pencegahan hipertensi?
9. Bagaimana pengobatan
hipertensi?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari
hipertensi
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi
3. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
4. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi
5. Untuk mengetahui masalah epidemiologi
hipertensi
6. Untuk mengetahui diagnosis hipertensi
7. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi
8. Untuk mengetahui cara pencegahan hipertensi
9. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
HIPERTENSI
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu
peningkatan tekanan darah didalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan
suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis
(dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui
oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah
dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi
(Hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas)
dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah
kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam
jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan
tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, hipertensi diartikan sebagai
keadaan dimana tekanan darah meningkat. Tekanan darah merupakan ukuran kekuatan
darah saat menekan dinding pembuluh darah arteri, pembuluh nadi yang
menghantarkan darah ke seluruh tubuh.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat
dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi
(sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring
tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan
puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik
mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic mencapai 90 mmHg atau
lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan
tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90
mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir
setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Hipertensi
maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan
menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi,
hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan
seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki
tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari
juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat
tidur malam hari.
2.2 TANDA
DAN GEJALA HIPERTENSI
Secara umum,
tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai tanda-tanda. Boleh
jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh orang tersebut.
Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan
kesehatan, atau pada saat mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa.
Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah
sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi (Knight, 2006).
Pada sebagian
orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah apabila terjadi komplikasi.
Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu kerja keras. Ini menunjukkan bahwa
otot jantung itu sudah turut terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang
yang ditandai dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai
kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil(edema pada diskus
optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2006).
Hipertensi tidak
memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan orang mengira bahwa sakit
kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan berdengung
ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut
sesungguhnyadapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan
darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat
untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur
tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah
berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas
pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).
2.3 KLASIFIKASI HIPERTENSI
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran.
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya
ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan
pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik
merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan
tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)
merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan
sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi
diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal,
sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan
meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan
tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua
denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan
diastolik.
Berdasarkan
penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1). Hipertensi esensial atau hipertensi primer
yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat
sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor
yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta
polisitemia.
2).
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan,
dan lain-lain.
Menurut The Seventh Report of The Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi
menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.
(Tabel 2.)
Tabel
1.
Klasifikasi
tekanan darah menurut JNC VII
Klasifikasi Tekanan
Darah
|
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
|
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
|
Normal
|
< 120
|
< 80
|
Prehipertensi
|
120 –139
|
80 –89
|
Hipertensi derajat I
|
140 –159
|
90–99
|
Hipertensi derajat II
|
≥ 160
|
≥ 100
|
Tabel 2.
Klasifikasi
tekanan darah menurut WHO / ISH
Klasifikasi Tekanan
Darah
|
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
|
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
|
Hipertensi berat
|
≥ 180
|
≥ 110
|
Hipertensi sedang
|
160 –179
|
100 –109
|
Hipertensi ringan
|
140 –159
|
90 –99
|
Hipertensi perbatasan
|
120 –149
|
90 –94
|
Hipertensi sistolik perbatasan
|
120 –149
|
< 90
|
Hipertensi sistolik terisolasi
|
> 140
|
< 90
|
Normotensi
|
< 140
|
< 90
|
Optimal
|
< 120
|
< 80
|
2.4
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi,
yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka
panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang
bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh
sistem yang mengatur jumlah cairan tubuhyang melibatkan berbagai organ terutama
ginjal.
1) Perubahan
anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh
darah yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas arteri.
Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding
pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah
seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah.
Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima
akan memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran
darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran
penting dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi
sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium.
Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer
2) Sistem
renin-angiotensin
Mekanisme
terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah
yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama.
a. Meningkatkan
sekresi Anti-Diureti Hormon (ADH) dan rasa haus. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi
sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
3) Sistem
saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari
pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
2.5 MASALAH EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI
Masalah
epidemiologi hipertensi antara lain:
1. Orang
Pria
lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki
meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada
usia lebih dari 55 tahun. Orang yang memiliki gaya hidup tidak sehat yang dapat
meningkatkan hipertensi, antara lain minum minuman beralkohol, kurang
berolahraga, dan merokok.
2. Tempat
Hipertensi
bisa terjadi dimana saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul pada etnik Afrika
Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
3. Waktu
Penyakit
hipertansi bisa terjadi setiap saat karena sifatnya yang tidak menular dan
penyakit ini tergolong penyakit yang terjadi akibat genetic, gaya hidup,
lingkungan dan pola makan.
2.6 DIAGNOSIS HIPERTENSI
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik
paling akurat Menggunakan sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih
dari satu kali pengukuran dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas
meja dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya
setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan
tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah
misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol dan sebagainya.
Pasien
yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni:
1. Menentukan
sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita
Tujuan pertama program diagnosis adalah
menentukan dengan tepat sejauh mana penyakit ini telah berkembang, apakah
hipertensinya ganas atau tidak, apakah arteri dan organ-organ internal
terpengaruh, dan lain-lain.
2. Mengisolasi
penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah
mengisolasi penyebab spesifiknya.
3. Pencarian
faktor risiko tambahan
Aspek lain yang
penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor risiko tambahan yang
tidak boleh diabaikan.
4. Pemeriksaan
dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan
dilakukan pemeriksaan dasar, seperti
kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan
rontgen.
5. Tes
khusus
Tes yang
dilakukan antara lain adalah :
a. X-ray
khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna yang digunakan
untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan adrenal.
b. Memeriksa
saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat electroencefalografi (EEG), alat
ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).
2.7 KOMPLIKASI HIPERTENSI
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang
lama akan berbahaya sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat
menyerang berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah
arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas
hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya
kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ
tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian
menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat
langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak
langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II,
stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga
membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan
besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah
akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).
Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan
kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan
organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:
1. Jantung
a. Hipertrofi
ventrikel kiri
b. Angina
atau infark miokardium
c. Gagal
jantung
2. Otak
a. Stroke
atau transient ischemic attack
3. Penyakit
ginjal kronis
4. Penyakit
arteri perifer
5. Retinopati
2.8 PENCEGAHAN
HIPERTENSI
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan,
demikian juga terhadap hipertensi. Pada umumnya, orang berusaha mengenali
hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia
akibat hipertensi. Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila
hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup
sehari-hari.
Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah
pencegahan amat baik agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya
tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang
ditentukan oleh dokter.Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus
diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara lain
dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.
1. Pola
makan
Makanan merupakan faktor penting yang
menentukan tekanan darah. Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan
pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya akan
buah, sayur, serta produk susu rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat
menurunkan tekanan darah. Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah yang
tinggi, secara garis besar ada empat macam diet, yaitu :
a. Diet
rendah garam
Ada tiga macam diet rendah garam
(sodium) yaitu :
1) Diet
ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 gram sodium perhari, senilai dengan 3,75-7,5
gram garam dapur.
2) Diet
menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium perhari, seniali 1,25-3,75
gram garam dapur.
3) Diet
berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau kurang dari 1,25 gram
garam dapur perhari.
Tujuan
diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang penting
diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap
mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin yang
seimbang.
b. Diet
rendah kolesterol dan lemak terbatas
Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar
kolesterol darah dan menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet ini antara lain
sebagai berikut :
1) Hindari
penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega terutama goreng-gorengan atau
makanan yang digoreng dengan minyak.
2) Batasi
konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea food (udang,
kepiting), minyak kelapa dan kelapa (santan).
3) Batasi
konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu.
4) Lebih
sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.
5) Batasi
penggunaan gula dan makanan yang manis manis, seperti sirup, dodol, kue, dan
lain-lain.
6) Lebih
banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan nangka. Selain itu,
juga harus memperhatikan gabungan makanan yang dikonsumsi karena perlu
disesuaikan dengan kadar kolesterol darah.
c. Diet
tinggi serat
Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap
hari mengkonsumsi makanan berserat tinggi. Beberapa contoh jenis bahan makanan
yang mengandung serat tinggi yaitu :
1) Golongan
buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing,papaya, mangga, apel, semangka dan
pisang.
2) Golongan
sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang, kacang panjang, daun
singkong, tomat, wortel, touge.
3) Golongan
protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang
merah, dan biji-bijian.
4) Makanan
lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.
d. Diet
rendah kalori bagi yang kegemukan
Orang yang berat badannya lebih (kegemukan)
akan beresiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga orang yang berusia
diatas usia 40 tahun. Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan
pembatasan asupan kalori, hal yang harus diperhatikan yaitu :
1)
Asupan kalori dikurangi sekitar 25
2)
Menu makanan harus seimbang dan
memenuhi kebutuhan zat gizi
3)
Aktivitas olahraga dipilih yang
ringan-sedang
2. Pola
istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lelah
beraktifitas sehari penuh untuk menetralisir tekanan darah.
3. Pola
aktivitas
Tekanan darah. Jenis latihan yang dapat
mengontrol tekanan darah yaitu : bejalan kaki, bersepeda, berenang, aerobik.
Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari yang lebih aktif baik fisik maupun mental
memerlukan energi / kalori yang lebih banyak. Orang dengan gaya hidup yang tidak
aktif akan rentan terhadap tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara
teratur tidak hanya menjaga bentuk dan berat badan, tetapi juga dapat
menurunkan tekanan darah.
2.9 PENGOBATAN HIPERTENSI
1. Umum
Setelah diagnose hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan
menurut golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi
penatalaknaan dasar yaitu :
a. Non
farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang telah
diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan
obesitas, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi asupan garam
serta rileks.
b. Farmakologik,
yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang telah terbukti kegunaannya dan
keamanannya bagi penderita. Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi adalah :
1) Diuretik,
contohnya furosemide, triamferena, spironolactone
2) Beta
blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol
3) ACE-inhibitor,
contohnya lisinopril, captopril, quinapril
4) Alpha-blockers,
contohnya prazosin, terazosin
5) Antagonis
kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine
6) Vasodilator-direct,
contohnya minixidil, mitralazine
7) Angiotensin
reseptor antagonis, contohnya losartan.
8) False-neurotransmiter,
contohnya clodine, metildopa, guanabens Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita
hipertensi sekunder yang jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita
hipertensi. Tanda-tanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga
penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan
dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana yang canggih.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Penyakit tidak menular menjadi masalah
kesehatan masyarakat dunia yang menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian
yang tinggi, serta menimbulkan beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu
dilakukan penyelenggaraan penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab kematian di dunia adalah penyakit
tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80% kematian ini terjadi di
negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di
dunia dan menurut data yang di keluarkan oleh Litbang tahun 2015 pada tingkat
nasional penyakit hipertensi menduduki peringkat ke-5 penyakit penyebab
kematian terbesar di indonesia dengan persentase 5,3% dan pada provinsi
sulawesi tenggara penyakit hipertensi menurut data yang di keluarkan oleh dinas
kesehatan prov. Sulawesi tenggara 2015 menduduki peringkat-2 dengan jumlah
kasus 19.743.
Hipertensi atau
Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan
kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk
mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
3.2 SARAN
Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya kita
menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi, mengatur pola makan, mengatur pola aktivitas dan mengatur pola
istrahat. Jika sudah terkena penyakit hipertensi sebaiknya kita menghindari
berbagai macam makanan dan minuman seperti Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi
(otak, ginjal, paru, minyak kelapa,gajih), Makanan
yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan
makanan keringyangasin), Makanan dan
minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan
dalam kaleng, soft drink), Makanan
yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang), Susu full
cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani
yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur,
kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat,
saus sambal, tauco serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium dan Alkohol serta
makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Muhammad.
2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA Press.
Dinkes sulawesi tenggara. 2015. Profil Kesehatan
sulawesi tenggara. Dinkes sulawesi tenggara. kendari.
http://gustiaanggriana909.blogspot.co.id/2015/12/makalah-hipertensi.html diakses pada
tanggal 4 april 2017
http://rositaerni.blogspot.co.id/2015/10/makalah-hipertensi.html diakses pada
tanggal 4 april 2017
menteri kesehatan
republik indonesia. 2017. rencana aksi nasional penanggulangan penyakit tidak menular tahun
2015-2019. Menteri kesehatan republik indonesia. Jakarta
Nurarif, Amin Huda
danKusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA jilid 1. Jakarta : Mediaction
Riyadi, Sujono. 2011.
Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.